Keesokan paginya Renata bangun dari tidur dengan wajah sembab. Rasanya malas sekali untuk pergi ke Sekolah, namun hanya dengan di Sekolah dia bisa menghilangkan masalahnya sejenak bersama sahabatnya. Lalu dia bersiap diri untuk ke Sekolah dari mulai membereskan kasurnya, mandi, memakai seragam, sampai menyiapkan bekal yang wajib dia bawa ke sekolah. Saat sudah selesai bersiap diri, dia terdiam sejenak, lalu langkah kakinya mengarah ke kamar ibunya kemudian membuka pintu kamarnya. Dia meliat ibunya tertidur dan langsung menutup kembali kamarnya. Setelah itu dia baru berjalan ke luar Rumah.
“Kiri Bang!”, seru Renata. Kemudian dia menuruni Angkot tersebut dan memberikan uang kepada supir Angkot. Dia kemudian berjalan ke arah gerbang Sekolahnya. Sepanjang di Koridor banyak yang menyapa Renata terutama cowok-cowok, lalu dia menjawabnya dengan friendly. “Pagi Ren”, kata salah satu cowok. “Jangan lupa semangat terus ya”, tambah cowok yang lain. Renata dengan tersenyum ramah menjawab, “Pagi, kalian juga harus semangat ya”. tidak seperti perempuan seumurannya yang kebanyakan tidak menjawab sapaan-sapaan tersebut mungkin atau sok jual mahal dan berfikiran kalau mereka semua suka padanya, karena pada dasarnya Renata hanya berfikiran kalau mereka hanya sekedar ingin berteman saja.
Lalu dia menengok kelasnya Jeni dan Alyta. Ternyata terlihat Jeni sedang mengobrol dengan Alyta, kemudian Renata menuju kearah mereka. “Eh tumben lo pagi datengnya Al”, seru Renata. “Yah,lo gatau aja Ren. Gue bangunin dia lewat telfon susahnya minta ampun, ada kali miss call sampe 10 kali lebih”, jawab Jeni dengan penuh emosi. Sementara Alyta dengan tertawa hanya menjawab, “haha.. emang the best deh lo Jen haha.., thanks banget pokonya haha..”. “Lah, emang ada apa kok tumben Alyta minta di bangunin sama lo Jen?”, tanya Renata dengan antusias. “Gak penting sebenarnya Ren. Tapi lo harus tau ternyata dia lag…”, di tengah-tengah Jeni berbicara langsung di potong oleh Alyta buru-buru, “Tunggu dulu, Ren lo harus janji sama gue gak bakal ngeledekin gue ya”. Renta dengan wajah heran menjawab, “emang kenapa mesti pake janji-janji sih? pake ngeledekin segala lagi. Ada apa sebenarnya?”. “Pokoknya janji dulu please…”. Jawab Alyta. Renta hanya menjawab dengan wajah penuh dengan yakin sembari mengangguk saja. “Jadi Alyta lagi suka sama yang namanya Gavin dari 11- 1 IPA”, kata Jeni dengan wajah greget.“Yang mana orangnya?. Kayanya gue gak kenal deh”, jawab Renata dengan wajah bingung. Sementara dengan wajah sedikit kecewa Alyta menjawab. “Ya-iyalah lo gak kenal, mana pernah lo perhatiin cowok”. “Bukannya gak pernah, tapi lupa kali yang mana orangnya. Apalagi dia kan IPA, beda jurusan sama kita”, bela Jeni. “Bener banget lo Jen. Tapi, gue jadi kepo yang mana orangnya deh. Soalnya bisa-bisanya dia disukain sama cewe cantik gini, ya… walaupun rada gesrek otaknya sih, apalagi dia MIPAkan. Wah… gak bener lo Al!”, jawab Renata. Alyta mendengar Renata berbicara seperti itu membuat Alyta emosi dan menjawab, “Enak aja lo Ren, gini-gini juga nilai gue gak ada yang remed …. Lagian juga kalo lo tau orangnya bakal bilang ganteng kok”. “yakin banget sih lo Al, Renata bilang ganteng. Ya emang sih gue akuin juga ganteng udah gitu anak basket juga kan…, tapi gatau kalo kata Renata Ganteng atau gak”, kata Jeni. “Yaudah, Pokoknya lo harus kasih tau gue orangnya yang mana Al”, jawab Renata penasaran. Alyta dengan was-was menjawab, “Jangan sampe suka juga sama Gavin ya tapi”.“ih… pede banget Renata suka sama Gavin, haha…”, jawab Jeni dengan spontan. “Iya-iya, gabakal suka juga, haha….”, jawab Renata sambil tertawa. Dengan sedikit kesal Alyta menjawab, “Tuh kan.. kalian malah ngeledek gue”. “Engga ngeledek Al, emang lo lucu abisnya haha…”, jawab Jeni yang masih tertawa. “Al, jadi alasan lo dateng ke Sekolah gak telat karena mau liat Gavin?”, tanya Renata. dengan sedikit kaget Jeni langsung membantah. “Ha?, bukan gara-gara mau liat Gavin Ren alasannya, tapi mau belajar soalnya nanti ada ulangan Sejarah mendadak. Udah tau temen lo yang satu ini susah banget buat ngafalin pelajaran”. “Iya nih. Gue belum belajar, mana sejarah lagi. Gawat”, tambah Alyta penuh drama. “Kalo lo susah hafalan kenapa milih jurusan IPS?”, tanya Renata. “Yah Ren, hafalan aja susah apalagi hitung-hitungan”, jawab Jeni. “Makanya, gue di IPS soalnya gue tau kalo di IPA bakal cuman malu-maluin gue aja”, tambah Alyta lagi.