Tak mungkin kita bisa merasakan garam itu asin, tanpa tahu cuka itu masam. Tak mungkin malam kita rasakan begitu indah bertabur bintang dan senyum sang rembulan, tanpa kita rasakan teriknya matahari pada siang hari dengan sejuta jelaga aktivitas dan pekat yang memburu. Jangan pernah berharap dapat melihat pelangi, tanpa kita lewati hujan yang datang menerpa, gemuruh pun tiada henti memekak di telinga. Bagaimana bisa merasakan pahitnya jamu, tanpa tahu kalau sirop itu manis? Begitu juga kepahitan patah hati yang dirasa, akan terasa manis andai kita tahu ada celah dan hikmah di balik itu.
Tidak mungkin seorang musisi mampu merangkai lirik yang dahsyat dengan dibalut simfoni indah, merajutnya dalam tangga nada. Apalah arti sebuah lirik yang dahsyat tanpa memiliki penjiwaan dari perjalanan hidup yang dialami. Kepahitan cinta mampu mengantarkan seseorang ke lembah hitam atau jalan lurus yang menjadi motivasi hidupnya.
Karya kecil ini saya dedikasikan kepada mereka yang tak tahu bagaimana harus menghadapi perihnya patah hati. Ketahuilah, kesalahan yang mendasari rasa kekecewaan itu karena adanya perasaan yang kurang kita pahami. Menempatkan Tuhan di nomor urut kesekian, menyandarkan harapan kepada sesuatu yang memang rapuh.
Saat kepedihan itu dijadikan cambuk yang mampu memompa spirit hidup, air mata akan terasa hangat diselimuti dengan senyum, dendam pun redup dengan kesabaran dan keikhlasan. Terbalas dengan satu kebahagiaan, terungkap jawaban hidup bahwa PATAH HATI itu akan terasa MANIS.
Hasan Al Bana