“Kamu bodoh, ya?”
Ketika Kaulana memasuki kamar, dia langsung mengumpat Ishana seperti itu. Dia tak habis pikir, mengapa Ishana mau bersepakat dengan kakeknya.
Ishana berdiri di balkon, memandangi gelap yang terhampar di depannya. Dia bisa menatap seluruh Kholodgrad dari sini, tapi hanya ada setitik cahaya di sana, berasal dari jendela rumahnya. Micela pasti sudah tidur dengan perapian menyala.
“Kuharap, kayu-kayu itu akan bertahan sampai matahari terbit, karena dia tidak punya apa pun lagi.” Alih-alih menjawab, Ishana bicara sendiri, meski tahu Kaulana di belakangnya.