Satu-dua Jeep mendecit berhenti di sekitaran rumah Ishana dan Micela, membuat Micela berdiri dari duduknya lalu berjalan membuka pintu, melongok dan bertanya-tanya, siapa yang datang.
Sepasang kaki dibalut bot bertali, turun menapaki salju. Dari sisi mobil lain, seseorang turun dan tergelincir begitu menginjak salju. Orang-orang bersetelan jas serba hitam segera menangkap pria itu dan membantunya tegap.
Wanita dengan bot bertali menghampiri pria itu dan bertanya, “Kamu tidak apa-apa?”
Kaulana menggeleng, lalu melepas kacamata hitamnya, menatap lurus ke arah Micela, menggerakkan dagu seolah memberi tanda kepada Si Wanita untuk menyadari keberadaan Micela.
Wanita itu berbalik dan wajahnya semringah menatap Micela. Sementara, Micela menyipit berusaha mengenali dan mulai melangkah keluar.
Ishana melambai dan tersenyum padanya.
“I-Ishana?” Micela tergagap tak percaya.
Ishana berlari, menghambur memeluknya. Micela masih di tempatnya, mematung dengan heran.
“Bersiaplah ke Yakutia,” kata Ishana, setelah melepas pelukannya.
Dahi Micela mengerut dan dia semakin bingung dengan binar-binar di kedua mata kakaknya itu. “Maksudmu—“
“Aku berhasil membujuk Grey Finlay untuk mengeluarkanmu dari sini,” bisik Ishana, dengan binar-binar yang tetap dan semakin terang. Sejak semalam, dia tak sabar ingin melihat reaksi adiknya.