Ishana berjalan perlahan di altar, di antara hamparan bunga pansy ungu yang baru mekar. Dia terbiasa mengenakan bot dibanding sepatu hak tinggi, tapi desainer yang membuat khusus untuknya, membuat sepatu itu nyaman dan pas.
Ekor gaunnya panjang, tapi tidak berlebihan menyapu jejak-jejak langkahnya. Itu adalah gaun putih A-line bertekstur emboss bunga mawar dengan bahu terbuka dan sedikit aksen ruffle di kedua lengan.
Rambut ash-blonde alaminya diikat setengah kuncir kuda, sisa rambut belakangnya tergerai dan jatuh sempurna di punggungnya. Sederhana, tanpa tudung kepala maupun mahkota. Namun, dia tetap membuat para tamu undangan terpana.
“Siapa dia?”
“Kudengar, orang tuanya tinggal di Moscow. Dia putri tunggal seorang pengusaha.”
“Oh, ya? Siapa?”
“Entah. Sepertinya, dia sudah sebatang kara. Jadi, Kaulana tidak punya mertua.”
“Tidak masalah, selama mereka bisa melahirkan bayi laki-laki.”