Semua prajurit terdiam bingung sambil menatap Davi dengan heran. Setelah melihat tidak adanya respon Davi akhirnya ingat, bahwa di dunianya sekarang tidak ada sebutan Dokter, melainkan Tabib atau Saint alias orang Suci.
“Maksudku itu Tabib atau sejenisnya,” ujar Davi dengan wajah khawatir. Namun semua orang yang berada di sana lebih terkejut dan bingung dengan tindakan Davi yang tidak biasa.
Seseorang melangkah mendekati Davi dengan setelan seorang Kepala Pelayan. Pelayan itu masihlah muda dengan rambut coklatnya yang terang, itu adalah tokoh pendukung Protagonis yang bernama Baneta.
“Tuan muda, untuk Tabib Kita harus datang ke Rumah para peracik obat-obatan. Itu ada disekitaran Wilayah setelah melewati Hutan ini, maka untuk sekarang Kita gunakan Ramuan yang Kita bawa,” begitu yang dikatakan oleh Baneta.
Lalu Baneta membawa sekotak ramuan ditangannya. Dia mengambil satu botol kecil dan menyerahkannya pada Davi. Namun tangan Baneta terhenti ketika ia tidak bisa melihat apa yang ada di balik selendang pakaian Davi.
“Tuan muda. Apa yang sedang Anda gendong itu?” tanya Baneta, lalu ia menyerahkan ramuan itu ke tangan Davi. Davi pun menerima sebotol ramuan itu dengan wajah yang mengerutkan kening.
“Itu bukan urusanmu,” ujar Davi.
Davi menjawab pertanyaan Baneta dengan acuh tak acuh lalu melangkah menuju keretanya. Namun ia berhenti ketika hendak menaiki Kereta dan berteriak kasar.
“Berhenti menatapku, bawakan saja Aku handuk kecil dan air,” ujar Davi tegas.
Hanya itu yang Davi teriakan dan menutup pintu Kereta. Semua orang hanya menatap Pintu Kereta tersebut tanpa respon. Namun semuanya saling menatap dan berpikir hal yang sama.
“Tuan muda, hari ini Dia menjadi aneh,” begitu yang dikatakan Baneta.
“Dia tetap bertindak kasar, tapi ada yang berbeda,” ujar Zack.
“Apa semua ini adalah pertanda?” ujar prajurit yang ada di sana mewakili yang lainnya.
Semua Prajurit berbisik pelan, bahkan Wakil Ketua Prajurit pun tidak bisa habis pikir dengan apa yang barusan Dia lihat.
Prok prok prok.
Sebuah tepuk tangan ringan mengalihkan semua orang, itu adalah Baneta.
“Baik, mari Kita semua kembali Bekerja,” ujar Baneta setelah bertepuk tangan kepada semuanya.
***
Pagipun menjelang, para Prajurit tengah membantu di tenda barang-barang untuk merapikan semua bekas berkemah semalam. Semua mata terus melirik kepada seseorang yang duduk di batu dekat Danau, itu adalah Davi. Dia duduk sambil membawa sebuah buku dan pena di tangannya, ia mungkin sedang menulis sesuatu.