NODA PERNIKAHAN

Roslina
Chapter #1

Wanita Idaman

Hujan tak kunjung reda. Sang langit masih dengan setianya menjatuhkan berjuta kubik air ke muka bumi. Membasahi genting, pepohonan, gedung-gedung, jalanan serta semua yang ada di muka bumi tak luput dari terpaan air hujan.

Beruntung hujan turun saat malam hari, waktu yang digunakan semua orang untuk beristirahat. Memanjakan tubuhnya setelah seharian berkutat dengan berbagi aktivitas.

Namun, tidak berlaku untuk Jihan Haura. Seorang ibu rumah tangga berusia 30 tahun dan memiliki dua orang anak. Anak pertama bernama Raisa Putri berusia enam tahun dan anak keduanya bernama Rafli Putra yang satu minggu lalu tepat berusia tiga tahun.

Jihan merupakan sosok wanita sempurna. Selain memiliki wajah baby face, bekerja di perusahaan terbesar, investasi di mana-mana. Dan jangan lupakan dia juga memiliki seorang suami tampan pemilik hotel bintang lima terbesar di Jakarta-- Danu Prasetyo. Sempurna bukan hidup Jihan?

Saat ini Jihan tengah disibukkan mengurus Rafli yang sudah dua hari ini sakit. Saat sakit Rafli tidak mau lepas dari ketek Jihan. Seperti saat ini Rafli ingin terus digendong, padahal dirinya baru saja pulang bekerja. Pulang dalam keadaan basah kuyup dan disambut dengan kerewelan sang anak.

Saat dirinya dan suami bekerja, anak-anak mereka akan diasuh oleh babysitter, Mona namanya.

“Mona kau menginap saja di sini, di luar hujan deras. Sekalian bantuin aku jagain Rafli, takut rewel," pinta Jihan pada Mona babysitter Rafli dan Raisa.

“Tapi, saya belum minta izin sama ibu. Nyonya tahu sendiri kan ibu saya tidak mengizinkan saya kerja sambil nginap?"

Jihan tampak berpikir apa yang di katakan Mona. Mona memang babysitter tapi Jihan tahu dan kenal betul siapa ibu dari Mona. Dia adalah asisten rumah tangganya, dulu.

“Biar saya yang telepon ibumu. Lagian jarak ke rumahmu cukup jauh, aku khawatir.”

Jihan lalu mengambil handphone di kamarnya dan berusaha menghubungi Lilah ibu dari Mona.

Tut...tut...

Sambungan terhubung tapi tak kunjung di angkat. Sekali lagi Jihan menelepon Lilah, dan yang kedua kali berhasil.

“Halo, Assalamu’alaikum,” sapa Lilah di seberang telepon.

“Halo, Wa'alaikum salam,” jawab Jihan.

“Nyonya Jihan tumben telepon bibi, apa Mona melakukan kesalahan?” cemas Lilah di balik telepon.

Jihan terkekeh. “Enggak, kok, Bi. Mona kerjanya bagus, saya sangat suka dengan pekerjaan Mona.”

“Syukurlah, Bibi takut Mona melakukan kesalahan,” ujar Lilah.

“Enggak, Bi. Bi saya telepon bibi mau ngasih tahu malam ini Mona nginap di sini, ya,” izin Jihan dan berharap Lilah mengizinkan.

“Tapi...”

“Ini sudah malam, mana di luar hujan. Saya takut terjadi sesuatu yang tidak di inginkan. Apalagi Rafli sakit, Mas Danu sedang di luar kota, jadi, sekalian saja temenin saya.”

Dari balik telepon sana Lilah sedang memikirkan perkataan Jihan. Bukan tanpa alasan dirinya selalu melarang Mona menginap. Lilah hanya tak ingin kejadian dulu terulang.

“Bi, bagaimana? Ini demi kebaikan Mona juga.”

“Baiklah Nyonya. Boleh saya ngobrol sebentar sama Mona?”

“Tentu, tunggu sebentar.”

Lihat selengkapnya