Orang-orang selalu bertindak seakan mereka adalah orang yang paling baik dan suci. Sejak orang tuaku sering bertengkar, berita itu sudah menyebar ke seluruh penjuru desa. Pertama, tentu saja karena Ayah merupakan orang yang cukup terpandang di desa itu. Yang kedua, desa kami tidak begitu besar, jadi berita semacam itu pasti akan tersebar dengan sangat cepat. Ketiga, terkadang Mama dan Ayah bertengkar dengan suara yang cukup kencang. Tak jarang mereka saling melempar barang yang berada di sekitar. Seperti hari ini, misalnya. Ketika aku baru saja pulang dari sekolah, aku bisa melihat tangki motor milik Ayah penyok sebab Mama memukulnya dengan balok kayu.
Aku tidak tahu bagaimana kejadiannya, tapi dari yang aku dengar, hal itu karena Ayah membentak Edgar tanpa alasan. Sudah kubilang, dulu Ayah tidak pernah marah pada anak-anaknya, jadi ketika ia tiba-tiba membentak salah satunya tanpa alasan, Mama jelas tidak terima dan menyerang motor kesayangannya. Ayah memang jauh berubah setelah mengenal wanita baru di dalam hidupnya itu. Jadi aku bisa mengerti mengapa Mama begitu murka ketika Edgar yang tidak mengerti apa-apa, menjadi sasaran kemarahan Ayah.
Berita itu jelas tersebar dengan sangat cepat. Terbukti ketika aku sedang berjalan sendirian, orang-orang mulai berbisik. Mereka bergosip kesana-kemari dengan dalih mengasihaniku. Bahkan, ada beberapa dari mereka yang bertingkah seolah yang paling tahu soal keluarga kami. Mereka terus bergunjing, tanpa peduli bahwa mungkin aku mendengar ucapan mereka. Jelas saja aku mendengarnya, mereka bahkan tidak berniat untuk memelankan suara ketika aku sedang berjalan melewati mereka.
'Kasihan Arini, ya. Katanya, Ayah dia sudah menikah lagi.'
'Kemarin, aku dengar katanya selingkuhan Armadi tuh penyanyi kafe.'
'Pasti dia sering datang ke kafe-kafe yang tidak baik, makanya bisa bertemu perempuan begitu.'
'Bukannya selingkuhan Pak Armadi sudah dua kali menikah sebelumnya?'