Mereka bertemu untuk pertama kalinya di sebuah lembaga pendidikan sekolah dasar swasta bernuansa Islam. Zakaria sebagai kepala sekolah. Sedangkan Khayra adalah guru yang baru diterima dan baru diminta berangkat hari itu.
Zakaria sudah menelaah secara utuh daftar riwayat hidup yang pernah dikirimkan Khayra dalam satu berkas lamaran. Satu langkah lebih maju dari Khayra. Sebab ia tidak tahu bahwa di hari pertama, laki-laki yang menyambutnya di depan gerbang adalah sang kepala sekolah.
"Silahkan... di kelas satu dulu ya."
Begitu cara Zakaria menyambut dan mengantar Khayra ke ruangan tempat ia ditugaskan hari pertama. Senyuman tak lupa terlukis dalam wajah teduhnya. Sedang Khayra memilih untuk menunduk setelah tanpa sengaja sejenak memandang rupa tampan Zakaria.
***
Usianya baru 22 tahun kurang tiga bulan. Baru saja lulus sarjana Ilmu al Quran dan Tafsir dan sedang menempuh kuliah magister di program studi yang sama. Khayra memang tidak melamar posisi guru kelas. Di berkas lamaran yang tertulis, posisi yang diinginkannya hanyalah menjadi seorang guru al Quran.
"Berapapun gajinya, saya tidak masalah, yang penting ilmu saya bisa bermanfaat di sini." Ujar Khayra satu bulan sebelumnya dalam sesi wawancara dengan atasan sekolah itu, yakni Ustadzah Retno.
Biasanya, untuk penerimaan guru baru, kepala sekolah yang akan menguji langsung. Namun khusus untuk Khayra, tanpa tes, tanpa bertemu kepala sekolah, ia langsung diterima. Hanya wawancara saja yang diperlukan.
Zakaria sebagai kepala sekolah sengaja tidak ingin mengujinya langsung. Hal itu karena ia tahu siapa Ayah Khayra. Tak elok rasanya jika langsung berhadapan dengan perempuan yang terbiasa menjaga diri. Terutama ia adalah putri seorang kyai.
"Saya minta tolong Ustadzah Retno saja yang menguji Khayra. Semua saya serahkan Ustadzah." Begitu pinta Zakaria ketika Ustadzah Retno bertanya tentang surat lamaran yang telah dibacanya.
Maka kini, Khayra sudah berada di kelas itu. Ia sedang merapikan barang bawaannya dan segera mendampingi anak didik mengaji sebelum jadwal apel doa pagi. Pukul enam lewat empat puluh menit, keberangkatan yang lebih pagi dari guru kelas yang akan membimbingnya nanti.
***