Pulang dari stasiun, aku dan Khayra mampir sholat maghrib di sebuah masjid. Setelah itu, ku ajak ia jalan-jalan malam untuk pertama kalinya. Sebab ia sempat bilang, "Adek nggak pernah keluar malam dari dulu. Selalu dilarang sama Aba-Umi. Karena katanya perempuan."
Selain jalan-jalan berkeliling menikmati suasana Kota Pekalongan di kala malam, ku ajak pula Khayra ke toko langgananku. Ya, ini toko khusus kaos, sandal gunung, tas, dan sejenisnya dengan merk terkenal namun tidak terlalu mahal. Aku ingin membahagiakannya dengan hadiah pertama. Mumpung sedang ada uang.
Ku belikan ia sandal gunung cantik untuk perempuan yang tahan lama. Bukan tanpa alasan ataupun pemborosan. Hanya saja, ku lihat Khayra ternyata tidak punya sandal yang cukup bagus. Sandal yang ia pakai sekarang saja berbahan dasar karet. Itupun bukan sandal perempuan.
Maka, Khayra terlihat sangat bahagia malam itu. Meski sebelumnya ia sempat ragu atas tawaranku. "Nanti uangnya habis gimana?" Begitu ucapan polosnya. Aku hanya tertawa. Sekhawatirkah ia pada suaminya?
"Insyaa' Allah nanti ada rezeki lagi kok, dek. Nggak usah khawatir ya." Ujarku. Kemudian ia mengangguk senang. Ah, ternyata membahagiakan wanita itu sederhana.
***
Keesokan harinya, aku dan Khayra pergi ke stasiun. Tentu saja untuk membeli tiket kereta ke Bandung. Kami memilih tanggal keberangkatan di hari ketiga pasca pernikahan. Ya, memanfaatkan sisa cuti yang tinggal lima hari. Selain hendak menepati janji.
Sebenarnya, ide bulan madu ini berawal dari pertanyaan Khayra sebelum tanggal pernikahan tiba. Waktu itu, ia hanya sekedar bertanya melalui chat pribadi, "Apakah nanti kita akan bulan madu?" Maka, aku pun tertarik dengan tawaran itu hingga berujung pada pembahasan tempat yang akan kami kunjungi.
"Jadi, mau ke Batu-Malang atau ke Bandung?" Tanyaku setelah kami berdua saling berbagi ide waktu itu. Aku menyarankan tempat Kak Abduh di Batu. Sedang Khayra menyarankan tempat almarhum kakeknya di Bandung.
"Nah ustadz nanti pengennya ke mana?" Khayra malah bertanya balik. Dia masih memanggilku "ustadz" kala itu. Sebenarnya, aku tahu dia ingin ke Malang. Itu bisa dilihat dari pembahasan sebelumnya yang mengatakan bahwa ia belum pernah berkunjung ke Malang.
Namun karena ia bertanya, maka aku dengan jujur menjawab keinginanku waktu itu. "Pengennya ke Bandung. Karena belum pernah ke sana. Gimana?"
"Yaudah ke Bandung aja." Jawab Khayra. Entah mengapa ia langsung setuju, bahkan mengirimkan emot senyum bahagia. "Kan Abang belum pernah. Nanti ke Batu atau Malang-nya di bulan madu kedua aja. Hehe." Begitu ujarnya mengalah, saat ku tanya mengapa.
Maka hari ini, tiket perjalanan pulang-pergi Bandung-Pekalongan sudah di tangan. Khayra tampak senang melihatku menepati janji. Pulang dari beli tiket, ia antusias menyiapkan segalanya. Sebab, tanggal yang kami pilih adalah satu hari dari hari ini.
***