NOL

Putri Lailani
Chapter #1

Pasca Perceraian #1

[10 JANUARI 2021]

 

Seorang wanita yang baru berulang tahun ke-35 itu hanya memandang kosong keluar jendela mobil yang sedang ditumpanginya. Guyuran hujan membasahi kaca tersebut. Suara musik mengalun lembut. Putri semata wayangnya yang menginjak tujuh tahun dibiarkan tidur pulas dipangkuannya.

Sang supir yang duduk persis di depannya tiba-tiba membuyarkan lamunannya.

“Bu, ini belok  kiri ya?” Tanyanya.

Wanita itu memajukan badannya kemudian memicingkan mata agar dapat melihat lebih jelas diantara guyuran hujan.

“Betul, Pak. Masuk Cluster Lagoon Serenity.” Saut wanita tersebut.

“Baik, Bu.” Supir langsung membelokkan setirnya. Ia membuka sedikit kaca untuk menyapa para security yang berjaga di pos kemudian langsung memasuki cluster tersebut.

“Blok A5 no 22 ya, Pak. Bapak lurus aja nanti ada di sebelah kanan.” Wanita itu memberitau sambil bersiap-siap. “Nanti mobilnya langsung dimasukkin ke carport ya, biar kami nggak kehujanan.”

“Baik-baik, Bu.”

Wanita itu pun membangunkan putrinya secara perlahan.

“Anneth, bangun yuk sayang.” Ia menggoyangkan lembut tubuh putrinya. “Kita udah sampai rumah baru.”

Gadis kecil blasteran itu langsung mengucek matanya kemudian meregangkan kedua tangannya. Ia menguap dan membiarkan nyawanya terkumpul dulu. Gadis berambut ikal itu kemudian terduduk dengan kondisi masih setengah mengantuk.

“Udah sampai ya, Ma?” Tanyanya dengan suara parau.

“Udah sayang.” Sautnya sambil membereskan tas.

Supir kemudian langsung memarkirkan mobil di carport yang tertutup canopy tersebut.

Mereka tiba di rumah bergaya modern minimalis yang didominasi oleh warna putih tersebut. Semua rumah di cluster tersebut bentuknya sejenis dan tanpa pagar. Rumah yang dihuni mereka memiliki luas bangunan 250 m2 dan luas tanah 144 m2.

“Maaf, bisa bantu taruh barang – barang saya di teras ya?” Pinta wanita itu kepada supir.

“Baik, Bu.” Supir itu langsung keluar mobil, menuju bagasi dan mengeluarkan barang mereka satu persatu.

Wanita itu kemudian membuka pintu, keluar mobil terlebih dulu kemudian membantu putrinya yang masih terkantuk dengan rambut berantakan itu keluar. Mereka kemudian bergandengan menuju teras rumah.

“Makasih ya, Pak.” Ucap wanita itu usai supir menurunkan dan meletakkan di teras semua barang-barangnya.

“Sama-sama, Bu Kamila. Oiya bisa minta tolong kasih bintang lima ya, Bu?” Nadanya memohon.

“Siap, Pak.”

“Makasih banyak, Bu. Saya permisi dulu, ya.” Pamitnya.

Lihat selengkapnya