[11 JANUARI 2021]
Usai mengantar Anneth ke sekolah barunya, Kamila atau biasa disapa Mila langsung melajukan mobilnya menuju kantor.
Ada untungnya juga dirinya bercerai dari suami blasterannya itu. Ia jadi bisa memilih tempat tinggal yang dekat dengan kantornya. Dulu ia harus menempuh perjalanan dua jam dari rumah menuju kantor. Anneth juga tampak senang di sekolah barunya dan dengan mudah membaur.
Ia lega sekaligus harus berjuang keras memulai hidup barunya sebagai orang tua tunggal. Pengeluaran per bulan akan lebih banyak ditambah dengan cicilan. Biasanya ia menyerahkan kepada suaminya untuk biaya rumah tangga sehingga gajinya hanya untuk dirinya sendiri dan ditabung. Untung saja penghasilan per bulannya lumayan meski tak sebesar gaji suaminya yang berprofesi sebagai aktor sekaligus memiliki bisnis kecil-kecilan itu.
Ah, ia menggelengkan kepala cepat dan enggan memikirkan mantan suaminya lagi. Tak terasa ia sudah memasuki gedung kantornya dan langsung memarkirkan mobilnya di basement.
Setelah mobil terparkir dan mematikan mesin, ia keluar kemudian mengunci mobil. Ia bergegas menuju dan menaiki lift yang membawanya menuju kantor tempatnya mengabdi selama tiga belas tahun.
Begitu lulus kuliah S1 jurusan Manajemen Pemasaran, ia langsung bekerja di PT Royal Cosmetic perusahaan Cosmetic dan Personal Care dan mengawali karirnya sebagai SPG kemudian event coordinator. Kini ia menjabat sebagai Brand Manager di perusahaan tersebut.
Awalnya, ia cepat menaiki karir. Beberapa tahun ini karirnya sedikit terhambat karena pikirannya terpecah dan selalu cekcok dengan suaminya. Kini setelah bercerai, ia ingin lebih fokus kepada karirnya.
Lift akhirnya berhenti di lantai 17 dan pintu pun terbuka. Ia langsung berjalan menuju pintu kaca yang tak jauh dari situ dan membukanya.
“Pagi, mbak Mila.” Sapa sang receptionist.
Mila langsung tersenyum dan membalas sapaannya. “Pagi, Ren.”
Kamila pun memasuki kantornya dan berjalan menuju mejanya. Karyawan sudah lumayan ramai yang datang karena waktu sudah menunjukkan pukul 8 kurang. Ia sambil merapikan rambut panjang hitamnya yang tergerai dan juga dress coklatnya.
“Mila!” Seseorang menepuk pundaknya saat dirinya baru meletakkan tas di meja kerjanya.
Mila menoleh yang ternyata adalah Rara, salah satu sahabatnya di kantor tersebut.
“Ah, elo ngagetin gue aja!” Protes Mila kemudian langsung menduduki kursinya.
Rara langsung menarik bangku salah satu anak buah Mila yang kebetulan belum datang dan duduk didekatnya.
“Gimana-gimana, rumah baru elo?” Tanya Rara kepo.
“Nyaman deh cluster gue.” Sautnya sambil menyalakan laptop.
Mila melanjutkan kembali.
“Udah gitu yang paling gue suka, jadi lebih punya privacy. Suasananya juga sunyi, adem, security 24 jam dan ada CCTV juga di tiap sudut cluster. Lo pindah lah kesana, daripada lihatin instagramnya mulu!” Kelakar Mila.
“Iya, sih. Ntar deh gue tanya laki gue.” Jawab Rara.
“Iya, kan nanti kita jadi tetanggaan.”
“Ah, percuma juga tetanggaan sama elo! Elo kan juga pengennya sendirian kalo udah di rumah.” Celetuk Rara.
Mereka tertawa bersama.
“BTW, lo kan sekarang udah lepas dari Adam, nih! Jadi lo sekarang bisa lah fokus sama presentasi biar cepat promosi jadi Brand Director.” Kelakar Rara.
Mila hanya mengangguk sambil menatap layar laptopnya.
Ia saat ini memegang satu brand, bernama Lightcare. Brand Lightcare merupakan serangkaian skincare atau perawatan wajah mulai dari pembersih wajah, serum sampai pelembab. Sebentar lagi Lightcare akan membuka ke line make up. Ia sebelumnya sudah memegang lebih dari sepuluh brand di kantor itu.
“Semoga gue bisa nyusul lo deh, ya.” Ucap Mila kemudian.
“Pasti, dong! Mila gitu, loh!”