NOL

Putri Lailani
Chapter #12

Hari Ayah yang Penuh Air Mata #12

[7 JUNI 2021]

 

Mobil Mila baru memasuki halaman parkir SD Global Indonesia. Sepanjang perjalanan, Anneth terus-terusan berjingkrak  dan terus berceloteh. Ia bukan hanya antusias mengikuti lomba, melainkan ayahnya yang sudah berjanji akan hadir.

Hari Minggu kemarin Mila menelepon Adam. Awalnya untuk memintanya datang menjenguk Anneth, namun pria itu terus beralasan. Mila kemudian meminta agar Adam datang ke sekolah besoknya karena ada lomba ayah-anak.

Adam awalnya menolak karena itu artinya seluruh dunia akan tau bahwa dirinya memiliki anak. Mila meyakinkan agar Adam bisa mengenakan kaca mata, topi dan kumis palsu. Adam pun akhirnya bersedia.

Mila kemudian memarkirkan mobilnya. Halaman parkir sekolah sudah hampir terisi penuh. Mereka bisa melihat semua anak didampingi oleh kedua orang tuanya. Mila memergoki Anneth yang sedang bersedih melihat teman-temannya bersama orang tua lengkap seperti itu.

Mila buru-buru mengalihkan perhatian Anneth.

“Anneth, kita turun yuk! Kali aja papa udah di dalam.”

“Papa…Papa…..” Anneth langsung memekik antusias. “Ayo mama kita turun sekarang.”

Mila pun tertawa.

“Iya sabar, sayang.” Mila pun mematikan mesin kemudian mereka menuruni mobil bersama-sama.

Para orang tua dan murid diminta mengenakan dresscode casual berwarna merah. Anneth dan Mila kompak mengenakan polo shirt merah, jeans hitam dan sneakers hitam. Rambut mereka sama-sama diikat kuda. Ia sudah meminta Adam memakai pakaian serupa kemarin.

Begitu telah menutup dan mengunci mobil, mereka berjalan bergandengan masuk sekolah. Mila menatap arlojinya dan waktu menunjukkan pukul 8 kurang 5 yang artinya lima menit lagi acara akan dimulai. Mila mengajak Anneth berjalan cepat karena Adam katanya akan datang pukul 8 kurang.

Begitu sudah di dalam, mereka bisa melihat kursi-kursi yang diletakkan di koridor sekolah menghadap arah lapangan. Kursi-kursi tersebut sudah hampir terisi penuh. Arya dan ketiga anaknya juga sudah hadir. Mila celingak celinguk mencari sosok Adam. Ia memutuskan mencari tempat duduk saja terlebih dulu.

“Papa mana, Ma?” Tanya Anneth begitu mereka berdua sudah duduk di kursi.

“Sebentar ya sayang, mama telepon dulu.”

Saut Mila sambil menatap ponselnya untuk mencari nomor Adam kemudian memanggilnya. Sempat tak ada suara selama beberapa detik kemudian tiba-tiba terdengar operator mengatakan, “Nomor yang anda hubungi tidak tersedia.”

Mila pun tersentak. Ia pun mencoba menghubungi lagi.

“Mila!” Tiba-tiba ada suara pria yang memanggil di belakangnya.

Mila langsung menoleh cepat ke belakang dan berharap itu adalah mantan suaminya. Sayangnya ternyata bukan.

“Oh, Pak Arya.” Mila hanya tersenyum seadanya kemudian lanjut mencoba menghubungi Adam.

Ketiga anak Arya tak lama menyusul dan memanggil-manggil Anneth.

“Anneth gimana? Udah sembuh?” Tanya Arya penuh perhatian. Ia membungkukkan badannya sambil membelai kepala Anneth.

Mila langsung teringat hutang budinya kepada Arya. Ia pun menghentikan aktivitas meneleponnya sejenak kemudian menoleh kepada atasannya yang sudah duduk di bangku belakang mereka bersama ketiga anaknya.

“Oiya pak, saya belum sempat bilang terima kasih.” Ucap Mila. “Sabtu kemarin katanya bapak cek kondisi Anneth terus. Anneth juga senang karena Sara, Ade dan Dino temenin Anneth sampai saya pulang. Sekali lagi terima kasih banyak ya, Pak. Saya kemarin itu datang ke rumah bapak mau bilang terima kasih langsung, tapi katanya bapak nggak di rumah dan bakal pulang malam.”

“Iya, sama-sama Mila.” Ujar Arya tersenyum.

Mila masih tak menyangka melihat tetangga sekaligus atasannya ini memiliki empati juga.

“Mama…Mama, papa mana?” Anneth terus menggoyang-goyangkan lengan Mila dan kali ini disertai rengekan. “Soalnya kata bu guru udah mau mulai acaranya.”

Lihat selengkapnya