Sore menjelang pulang kantor, Mila ngopi bersama ketiga sahabatnya di lantai lobby gedung perkantoran tersebut. Itu adalah ritual yang biasa mereka lakukan jika sedang tak sibuk.
“Ciee….cieee, makin akrab aja nih sama pak Arya!” Ledek Rara sambil menyeruput ice caramel machiatto nya.
“Apaan, sih?” Wajah Mila memerah sambil memakan bekalnya.
Yah, dirinya baru sempat makan karena seharian ini sibuk. Selain sibuk kerjaan, dirinya pun juga sibuk menjawab pertanyaan rekan-rekan kantor, CMO nya pak Heru, bahkan mantan VP nya pak Sanny sampai niat meneleponnya untuk menanyakan perihal tersebut.
“Apalagi lihat aksi heroiknya di video semalam!” Veny menimpali kemudian memamerkan pose tinju. “hiatchhh…hiatchhhh…hiatchhh!”
Mila langsung tertawa geli. “Nggak jelas lo, Ven!”
Rara kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Mila.
“Terus kapan jadiannya?”
“Dih, kok jadian sih!” Bantah Mila.
“Itu muka merah-merah, malu-malu mau tuh!” Ledek Sissy.
“Cieee…..cieeeee!!!!” Sorak mereka bertiga sambil terpingkal-pingkal seperti anak SMA.
“Kan katanya kemarin nolongin Anneth yang jatuh dari ayunan, ngobatin juga, belum nengokin pas lo anter kue, terus pas Father’s Day Pak Arya yang gantiin posisi Adam, pak Arya juga yang nolongin lo saat digebukin Adam CS, terus dia bantuin kompres memar lo! Apa coba namanya kalo nggak naksir?” Ledek Rara.
“Cieeee…cieeeee…” Ledek mereka lagi.
Mila menoleh sekitar jaga-jaga takut ada yang mendengar.
“Udah ah, apaan sih lo!” Protesnya.
Benar saja semua yang ada di Coffeshop tersebut menoleh kepada mereka.
“Bener kan kata gue tempo hari. Lo single, dia single jadi mingle deh!” Celetuk Rara.
Ketiga temannya langsung terpingkal-pingkal.
“Iyalah, Mil. Lo berhak happy, kali! Anneth juga biar ngerasain kasih sayang seorang ayah.” Celetuk Sissy.
“Duh, kalian ini mikir kejauhan ya!” Protes Mila. “Kita ini bener-bener baru akrab dan cuma sekadar teman.”
“Iya, temen jadi demen.” Celetuk Veny dan mereka semua terpingkal-pingkal lagi.
Rara tiba-tiba teringat perkataan Mila waktu hari pertama Arya bekerja di PT Royal Cosmetic.
“Eh, bentar-bentar!” Rara menghentikan teman-temannya yang masih tertawa. “Dulu kan Mila bilangnya nggak mau menjalin hubungan waktu kita comblangin di hari pertama Pak Arya kerja. Tapi sekarang kok Mila nggak ada ngomong kayak gitu, ya.”
“Berarti tandanya berubah pikiran setelah menemukan sosok pria yang tepat.” Timpal Veny.
“Cieee…cieeee.” Ledek mereka bertiga lagi.
“Ih, apaan sih! Udah, ah!” Wajah Mila sampai merona merah sampai salah tingkah.
Ketiga temannya terus tertawa meledeknya. Meja mereka yang suaranya memenuhi area Coffeshop tersebut.
“Oiya, lo kesini bareng mobil pak Arya kan?” Tanya Rara. “Apa namanya coba kalau nggak naksir?”
“Cieeee…” Ledek mereka lagi.
“Hushhh…udah-udah! Udah mulai banyak orang nggak enak.” Mila yang merasa malu mendiamkan teman-temannya.