[JUNI – SEPTEMBER 2021]
Semakin hari Arya dan Mila semakin akrab. Arya tiap hari mengajak wanita itu ke kantor bareng. Mila sempat menolak namun Arya terus memaksa. Anneth juga berangkat dan pulang sekolah bareng dengan anak-anak Arya.
Tak hanya itu, Arya juga banyak memberikan Mila tips agar bisa dipromosi.
“Mila, untuk jadi Brand Director bukan hanya strategi saja yang kamu pikirkan. Kamu harus mulai mempelajari margin enhancement dan revenue generation. Lebih bagus kalau ke program development, forecasting, sales reporting, sama rebate administration.” Ujar Arya suatu hari saat mereka tengah menghabiskan waktu bersama.
“Iya, Pak. Semoga presentasi berikutnya saya lolos.”
“Meski saya ini teman kamu tapi tetap dinilai secara professional ya di kantor.” Arya mewanti-wanti.
Mila akan presentasi di depan Arya, pak Heru dan CEO nantinya untuk permohonan promosi.
“Pasti, Pak.” Saut Mila mantap. “Dulu sama pak Sanny juga sama kok meski kami dekat. Saya kan sudah dua kali presentasi tapi belum lolos.”
“Mudah-mudahan kali ini kamu lolos ya.”
“Amin.”
Arya mengetukkan jemari di kursinya.
“Oiya, kalau di luar kantor panggil saya Arya aja. Nggak usah pak segala.”
“Hah?” Mila pun bingung.
“Iya, Arya aja ngapain panggil pak.” Ujar Arya sekali lagi disertai tawa.
“Ya nggak sopan dong, Pak. Lagian kan bapak juga lebih tua dari saya.” Tolak Mila. “Atau kalau mas aja gimana?”
Arya langsung tertawa geli.
“Ah, kita cuma beda lima tahun kan? Saya kelahiran 1981 kamu 1986 kan?”
Mila pun mengangguk.
“Beda tipis, panggil saya Arya aja ya. Nggak usah pakai Mas, nggak enak dengernya.”
Saking akrabnya, mereka sampai dikira berpacaran oleh rekan-rekan kantornya.
“Arya, lo pacaran sama Mila? Brand Manager Lightcare?” Tanya Sonny yang merupakan VP di perusahaan itu juga.
Saat itu tiga orang VP Marketing berkumpul karena hendak meeting dengan pak Heru. Sambil menunggu pak Heru datang mereka pun bercengkerama. Satu lagi adalah seorang VP perempuan bernama Andara.
“Ya, gimana nggak cinlok? Kan mereka tetanggaan juga!” Celetuk Andara.
“Ahelah, bro! Lo gaul dikit, dong! Biar dapet yang lebih oke gitu, lho!” Celetuk Sonny.
Arya langsung kesal mendengar itu.
“Maksudnya apaan, ya?” Ketusnya sambil menatap tajam rekannya itu.
“Gini ya, bro! Mila emang cantik, sih! Tapi elo kan mapan, masih muda, ganteng lagi! Model kayak elo mah bisa lah dapet sekelas artis, model, bahkan puteri indonesia gitu. Minimal nih kalau nggak artis ya cari yang masih gadis, masih rapet tersegel gitu loh! Pasti banyak yang mau. Ngapain lo pacarin janda bekas pake orang?”
“Lah, terus lo sendiri kenapa nggak bisa nikahin yang kayak gitu?” Balasan Arya tak kalah menohok. “Kalau itu tipe lo ya lo pacarin aja, nggak usah ngatur-ngatur gue. Bukan tipe gue soalnya!”
Arya yang masih kesal langsung membuka laptopnya.
“Segel! Bekas pake orang! Emang lo pikir cewek itu barang apa gimana?” Arya menggelengkan kepalanya.
Mila sering sekali memasakkan makanan untuk Arya dan menurut lelaki itu rasanya enak. Jika sedang di kantor, Arya sering sekali membelikan sesuatu untuk wanita itu kadang ketiga sahabat Mila juga dibelikan.
“Jadi kapan jadiannya, Pak?” Goda Rara suatu hari saat Rara menghadap ke ruangan Arya. “Cepet jadian terus nikah, Pak! Biar bisa date berempat sama pasangan masing-masing. Abis kasihan Mila sendirian terus tiap kita bertiga bawa suami.”
Arya tak hanya dekat dengan Mila tapi juga ketiga sahabatnya.
“Eh, kesukaan Mila tuh apa ya?” Arya malah balik bertanya. “Saya bingung tiap ajak dia makan jawabnya terserah. Oiya, sama barang atau tempat favorit dia apa?”
Rara langsung menyengir lebar mendengar pertanyaan itu.
“Cieeee….cieee… bapak!” Ledeknya.
“Oke…oke.” Rara kembali fokus. “Kalau makanan hampir semua dia suka, apalagi yang nggak sehat. Kalau tempat favorit…hmmm, dia anak rumahan banget sih ya dari dulu. Hiburannya itu kalau waktu senggang ya di rumah nonton Netflix. Hobby nya sih baking gitu. Dia dari dulu pengen banget punya toko kue sendiri. Sebenarnya cita-citanya mau jadi chef pastry, tapi malah nyasar kesini.” Rara terkekeh.
Mila masih terus saja diikuti wartawan dan mereka semakin penasaran karena Mila sudah tak lagi memiliki akun social media. Setiap bertemu mereka, dirinya hanya tersenyum dan menjawab ala kadarnya kemudian buru-buru pergi. Terlebih jika dirinya sedang bersama Anneth.
Akhirnya pada bulan Agustus, Arya pun menyatakan cintanya pada wanita itu. Malam itu mereka tengah mengobrol di rooftop rumah Mila.
“Mil.” Panggil Arya tiba-tiba dengan suara yang begitu dalam.
Mila yang duduk di sampingnya pun menoleh. “Iya.”