Wajah Mila menegang begitu melihat mantan suaminya itu mengadakan konferensi pers. Jessica Amanda mendampinginya. Mereka duduk di satu meja panjang yang masing-masing orang diberi microfon. Sebelah kiri Adam tampak seorang pria berusia sekitar 40-an yang merupakan pengacaranya.
Headline News bertuliskan judul “Artis Adam Alexander Akhirnya Buka Suara”. Otomatis para pengunjung dan pegawai restoran itu menoleh kepada Mila.
“Kamu mau pergi aja?” Bisik Arya.
Biasanya dalam situasi seperti ini Mila otomatis langsung meninggalkan lokasi. Namun entahlah, kali ini ada sesuatu yang menahannya. Tubuhnya hanya terduduk kaku sambil matanya menatap lurus ke layar televisi, menunggu mantan suaminya berbicara. Konferensi pers tersebut disiarkan secara live.
“Selamat siang semuanya.” Adam akhirnya membuka acara tersebut.
Tampak para wartawan berkumpul di depannya sibuk merekam dan memotret.
“Tiga bulan belakangan ini kita sudah berkali-kali mendengarkan rumor yang beredar mengenai saya.” Adam tampak jeda sejenak. “Jujur saja setiap hari wartawan nggak henti-hentinya mengejar saya ditambah undangan talkshow dimana-mana.”
Adam jeda lagi.
“Hari ini saya siap menceritakan keseluruhan kisahnya tanpa ada yang ditutupi.”
Adam jeda lagi dan penonton tampak sunyi sekaligus tegang menunggunya berbicara.
“Jadi adalah benar pada tahun 2012, saya menikahi seorang wanita bernama Kamila Maharani. Saya pertama kali bertemu dia di PT Royal Cosmetic Indonesia karena ada kerja sama dengan perusahaan tersebut. Kami akrab, jatuh cinta kemudian memutuskan untuk menikah.”
Foto Mila langsung ditampilkan dan lagi-lagi pengunjung menoleh kepadanya. Wajah Mila semakin menegang.
“Basi, woy!” Celetuk Arya kencang sehingga membuat beberapa pasang mata menoleh. “Kita udah mau nikah.”
Adam lanjut berbicara lagi dengan wajah tegangnya.
“Dan benar juga, saat itu saya merahasiakan pernikahan kami karena permintaan produser dan saat itu juga hubungan saya dan Jess hanya setting-an.” Adam menunjuk Jessica Amanda yang duduk di sebelahnya.
Adam terus melanjutkan.
“Dia mengaku yatim piatu. Orang tua kandungnya meninggal saat dia baru lahir kemudian dibesarkan oleh om dan tantenya. Dia juga punya seorang sepupunya bernama Lina, yang saya sendiri belum pernah ketemu. Lalu menurut Mila, dia sudah putus hubungan dengan sepupunya.”
Adam jeda sejenak.
“Kakek dan neneknya sendiri juga sudah meninggal.”
Adam jeda lagi.
“Seperti yang sudah kalian ketahui, kalau saya punya sepupu seorang polisi. Pada tahun 2014 bertepatan dengan putri kami lahir, akhirnya saya bisa mengetahui siapa Kamila Maharani sebenarnya.”
Mila langsung mengernyitkan dahi tak paham apa yang dimaksud Adam.
Arya pun menoleh kepadanya kemudian berbisik. “Makin nggak jelas nih orang! Udah lah kita cabut aja, yuk.”
Arya hendak berdiri menuju kasir untuk membayar, namun entah mengapa tangan Mila menahannya.
“Oiya, sejak tahun 2014 hubungan pernikahan kami mulai berantakan.” Lanjut Adam lagi. “Saya sampai tak bisa menyayangi putri saya sendiri karena lahir dari rahim perempuan itu. Selama ini kami tutupi karena nggak mau juga kalau nama baik keluarga kami jadi terancam selain itu nggak mau juga tadinya pernikahan saya jadi terbongkar.”
Adam jeda lagi.
“Karena semuanya sudah terbongkar, saya bongkar saja sekalian mengenai siapa orang tua kandung Kamila Maharani yang sebenarnya.”
Mila semakin bingung.
“Orang tua kandung Kamila Maharani adalah……..”
Adam menggantung kalimatnya. Wartawan dan penonton dibuat mati penasaran.
“Muhammad Abraham dan Siti Zuriyah!” Ujarnya dengan suara menggelegar.
Sontak para wartawan dan juga orang-orang di restoran tempat Mila makan kaget. Termasuk Mila dan Arya sendiri.
“Hah?” Mila langsung membelalakan matanya kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya. “Ini fitnah, dia bohong.”
Terdengar suara kasak kusuk bahkan ada juga yang sampai memekik.
“Kita sudah mengenal mereka sebagai teroris kasus pengeboman di tempat-tempat ibadah, tempat wisata, beberapa hotel dan kelab malam pada tahun 1985. Lalu menerima hukuman mati pada Januari 1986 persis setelah Kamila lahir.”