[7 SEPTEMBER 2021]
Kamila mengerjap-erjapkan mata kemudian membukanya. Ia baru tersadar kalau semalaman ia tertidur di sofa. Ia meregangkan kedua tangan dan juga kepalanya. Ia juga tersadar kalau belum mengganti baju kerja sejak kemarin.
“Anneth!!! Wulan!!! Ayo siap-siap sekolah.” Teriaknya.
Mila baru tersadar kalau dunianya sudah tak lagi sama. Ia langsung menangis sesenggukan. Ia merasa marah karena dunia tak adil terhadap dirinya, sampai - sampai tak sadar terhadap bau telur bekas lemparan kemarin di bajunya. Bahkan sampai menempel di sofa segala.
Ia sudah tak semangat lagi menjalani hidup, namun tetap memberanikan diri menyalakan TV di depannya. TV Nampak menyiarkan siaran ulang kemarin yang belum ia tonton. Matanya langsung menyala-nyala melihat sosok kedua teroris tersebut dan masih tak percaya kalau itu adalah orang tua kandungnya.
Ia merasa harus berbuat sesuatu dan menyelidiki sendiri soal ini. Mudah-mudahan semuanya salah dan nama baiknya kembali, begitu juga dengan hidupnya. Ia merasa ini adalah fitnah Adam yang sedang membalas dendam.
Ia juga melihat wawancara Arya dengan para wartawan yang mengatakan tak jadi menikahi dirinya. Tentu saja hal itu membuat dirinya terpukul. Yang lebih mengejutkan lagi, begitu melihat wawancara mantan suaminya dengan putrinya di One Two Media.
Darahnya mendidih karena tak terima putrinya di eksploitasi, meski ia bisa melihat putrinya enggan menampakkan wajahnya.
Ia juga memberanikan diri mengecek ponselnya. Sudah diduga kalau isinya sumpah serapah semua. Mulai dari grup whatsapp Cluster Lagoon Serenity yang memintanya untuk meninggalkan tempat ini. Banyak nomor yang tak dikenal tiba-tiba menyebut dirinya teroris. Ia hanya menggeleng-gelengkan kepala.
Ia teringat kalau dirinya harus bekerja. Maka ia letakkan saja ponselnya dan langsung bersiap.
**********
Ia sampai mengendap-endap keluar rumah, takut tetangga menatapnya sinis seperti kemarin. Namun, tampaknya aman. Suasana depan rumah sepi hampir tak ada orang. Selasa pagi pasti semua orang sedang sibuk beraktivitas. Itu artinya ia bisa leluasa jalan menuju mobilnya.
Entah mengapa, ia harus mengendap-endap tadi padahal tak berbuat kesalahan. Sebelum memasuki mobil ia menoleh sekilas ke rumah Arya dan berharap dapat melihat wajah pria itu. Ternyata rumahnya juga sepi, semua sudah berangkat.
Ia langsung menstarter mobilnya, memanaskan kemudian menjalankannya. Ia menyetir mobilnya perlahan hendak keluar cluster. Benar saja banyak wartawan di depan situ. Mereka begitu liar menghadang mobil Mila agar tak bisa lewat dan bahkan security enggan membantu. Para wartawan menggedor-gedor kaca mobil Mila dengan liar. Ia mendadak merasa pusing karena banyak sekali orang menempel di mobilnya. Kamera juga menyoroti dirinya.
Ia menghela nafas sejenak kemudian dihembuskan.
“Ayo Mila, elo bisa!”
Ia menyemangati dan meyakinkan diri sendiri kalau dirinya mampu mengatasi para wartawan ini. Maka ia pun membuka kaca mobil.