NOL

Putri Lailani
Chapter #32

Pengorbanan Arya Untuk Mila #32

Arya memasuki lobby sebuah kantor tempat lamanya bekerja. Kurang lebih dua puluh tahun ia mengabdi di perusahaan ini. Tempat ini penuh sejuta kenangan dengan mendiang istrinya. Pertemuan pertama mereka pun terjadi disini. Mendiang istrinya juga lah yang membuat dirinya harus pergi meninggalkan tempat ini.

“Nancy, apa kabar?” Sapa Arya begitu tiba di depan meja resepsionis.

Perempuan berambut sebahu itu langsung mengangkat kepalanya begitu selesai menerima telepon.

“Pak Arya!!!” Pekik perempuan berkulit sawo matang itu antusias. “Wah, bapak apa kabar?”

Arya pun tersenyum.

“Sebenarnya saya nggak gitu baik, Nan.”

“Oh.” Nancy bingung harus menanggapi apa. Ia tentu sudah tau alasannya dibalik penampilan mantan atasannya yang sangat berantakan.

“Nan, saya mau ketemu Irvan dong!” Pintanya.

“Oh langsung masuk aja, Pak.” Nancy tampak mengambil sesuatu di bawah mejanya. “Ini saya kasih acces card-nya.”

Thank you, ini saya harus tinggalin KTP ya?” Arya hendak mengambil dompet disakunya.

“Halah, nggak usah pak! Udah langsung aja.” Saut Nancy tertawa.

“Serius? Thank you, ya.” Arya pun langsung menerima acces card yang diberikan oleh Nancy. “Nanti kita ngobrol lagi.”

“Hati-hati, Pak.”

Arya pun menempelkan acces card nya pada gate hingga terbuka kemudian berjalan menuju lift. Kebetulan posisi pintu lift terbuka sehingga ia bisa langsung masuk dan membawanya menuju ke lantai 35.

Tiba di lantai 35, pintu lift pun terbuka dan ia langsung menuju ruangan pimpinan redaksi. Arya harus melewati beberapa meja karyawan terlebih dulu. Beberapa wajah tampak tak familiar mungkin anak baru tapi yang familiar pun juga tak kalah banyak.

“Pak Arya!!! Apa kabar?” Pekik seorang redaktur.

“Wah, Pak Arya balik  lagi kesini?”

Mantan rekan kerjanya itu saling berteriak bersautan dan antusias menyambut kedatangannya. Suasana yang tadinya sunyi langsung heboh. Arya langsung menyunggingkan senyum lebar dan berhenti sebentar menyalami sambil merangkul mereka satu persatu.

Mereka tak berani mengomentari penampilan Arya yang bak orang sedang putus asa karena bangkrut.

“Hallo semuanya! Kabar baik, nih.” Saut Arya. “Kebetulan saya kesini mau ketemu Irvan.”

Sosok yang dicarinya itu tiba-tiba langsung keluar ruangan begitu mendengar ada kehebohan di luar.

“Bro Arya!!!!!” Pekik laki-laki bertubuh pendek gemuk yang seusia dirinya itu antusias. Ia berjalan mendekat kepada Arya dan kedua tangannya bersiap memeluk sahabat lamanya itu.

“Bro Irvan!!! Wuihhh, apa kabar lo!” Arya pun juga mendekatinya.

Mereka pun berpelukan sambil tertawa. Irvan berusaha menutupi rasa kagetnya melihat penampilan Arya yang menurutnya bak gelandangan.

“Yah, gue masih disini-sini aja nih! Belum resign.” Jawab Irvan. “Lo gimana di kantor baru?”

“Nah, ngomong-ngomong soal kantor gue yang baru. Sebenarnya ada yang mau gue omongin nih, bro.” Bisik Arya.

“Okelah, yuk ke ruangan gue aja!” Ajak Irvan sambil merangkul Arya.

Arya pun berpamitan kepada para karyawan sebelum memasuki ruangan Irvan.

“Nanti, ngobrol lagi ya.”

Lihat selengkapnya