[18 DESEMBER 2021]
Arya dan ketiga anaknya memasuki area ballroom hotel yang sudah dipadati oleh para tamu. Mereka berempat langsung menduduki bangku yang kosong, nomor dua dari belakang.
Acara akad nikah akan dimulai beberapa menit lagi. Baik mempelai pria maupun wanita belum hadir. Namun, keluarga besar mempelai wanita sudah duduk rapih di posisi masing-masing. Penghulu, ayah mempelai wanita dan dua orang saksi juga sudah menempati posisi masing-masing.
Ia juga melihat beberapa deretan artis yang tentu wajahnya tak asing. Ada juga Putri Indonesia yang sempat mengejar-ngejarnya.
“Pa, makan dulu aja yuk. Laper!” Rengek Sara.
“Iya, Pa. Kita cari Anneth yuk.” Dino celingak-celinguk.
“Ngomong-ngomong Anneth ada dimana ya?” Celetuk Ade.
Arya mencoba memberi pengertian.
“Hei.” Ujarnya lembut. “Kalau mau ketemu Anneth ya harus sabar, dong!” Arya yakin Anneth akan muncul berbarengan dengan ayahnya nanti.
Arya jadi ingat kejadian tiga hari lalu saat Anneth ketiga kali menginap di rumahnya.
“Anneth, kok cemberut aja sayang. Kenapa?” Tanya Arya saat gadis cilik itu sedang murung dan menyendiri. Mereka saat itu duduk di saung-saungan belakang rumah Arya.
“Mama udah nggak sayang Anneth, ya? Masa kalau kerja ga bisa luangin waktu untuk telepon Anneth.”
Arya pun lagi-lagi dibuat kebingungan harus menjawab apa. Mana mungkin ia harus mengatakan kalau ibunya masih koma karena mencoba bunuh diri.
Arya mencoba tampak tenang kemudian tersenyum.
“Anneth sayang, soalnya tempat mama kerja itu susah sinyal. Jadi susah telepon Anneth.”
“Bos nya mama siapa, sih? Kok mama dikirim ke daerah susah sinyal?”
“Ada, temannya papa Arya sayang. Iya, kebetulan memang ada yang mendesak harus dikerjakan disana.”
Anneth masih murung.
“Papa Arya.” Panggilnya.
“Kenapa sayang?”
“Mama hebat ya kerja sendirian nggak pernah ngeluh. Anneth sekarang ngerasain capeknya harus shooting, foto, main piano, nyanyi. Mulai bulan Januari, Anneth disuruh papa shooting sinetron stripping dan katanya Anneth mau homeschooling.”
“Oya?” Arya langsung shock.
“Jadwal Anneth padat banget shooting sinetron, iklan, talkshow, belum bikin konten-konten di youtube, instagram dan tik tok. Nanti kalau Anneth udah mahir main piano dan nyanyi, ya Anneth juga disuruh jadi musisi.” Keluh Anneth.
Arya terus mendengarkan.
“Bahkan udah les aja, papa masih ajarin Anneth lagi di rumah. Ajarin acting, piano dan nyanyi. Anneth nggak boleh tidur kalau menurut papa masih salah.”
Arya menggeleng-gelengkan kepala.
“Kata papa kalau mau punya fasilitas semewah rumah Anneth sekarang ya harus kerja keras kayak gini. Nggak boleh malas, cengeng dan manja.” Lanjut Anneth.
“Mama dulu kenapa ya nggak pernah suruh Anneth kerja? Dan berusaha memenuhi semua kebutuhan Anneth?” Tanya anak itu bingung. “Ya, memang sih nggak semewah sekarang. Tapi Anneth lebih bahagia waktu sama mama.”
Arya langsung membelai rambut Anneth.
“Papa pernah pukulin Anneth, nggak?” Tanya Arya to the point.
Anneth menggeleng. “Papa cuma tegas dan disiplin tapi tetap baik nggak pernah mukul. Yang suka mukul itu………..”
Anneth langsung terdiam begitu tanpa sadar hampir keceplosan.
“Siapa yang suka mukulin Anneth?” Desak Arya.
Anneth menunduk enggan menjawab.
“Anneth, kasih tau papa Arya. Siapa?”Arya memegangi wajah Anneth dengan kedua tangannya. “Papa Arya akan pastiin Anneth aman dan juga nggak ada yang pukulin lagi.”
Anneth menunduk ketakutan.
“Bukan Wulan, Kan?” Arya hanya iseng menebak.