NOL

Putri Lailani
Chapter #47

Adam dan Arya yang Akhirnya Sepakat #47

[25 DESEMBER 2021]

 

Sudah tiga minggu Mila dalam kondisi koma dan satu minggu juga Hadi Setiawan ditahan. Hari ini merupakan sidang perdananya. Publik menyumpahi beliau dihukum mati juga. Ada juga yang meminta sebaiknya di penjara saja seumur hidup kemudian dimiskinkan hartanya, karena mati terlalu mudah. Dengan dimiskinkan, maka otomatis ia tak bisa membeli sel mewah sehingga menderita di penjara sana. Harta hasil terorisme otomatis akan jadi milik negara.

Semua asset-nya telah dibekukan oleh kepolisian. Perusahaan Hadi Setiawan atau HS Grup masih dipertanyakan nasib kedepannya. Para karyawan yang ketar ketir langsung mencari pekerjaan lain. Nilai saham otomatis anjlok.

Kejahatan Hadi Setiawan yang lainnya pun terbongkar, seperti menggusur paksa warga area perkampungan untuk membangun megablock, buruh yang digaji tidak layak padahal omset perusahaannya besar, menyuap pejabat dan pelanggaran HAM lainnya untuk kepentingan bisnis.

Hal ini awalnya diketahui karena beberapa karyawan, mantan karyawan dan juga beberapa korban bersuara di social media. Bullet TV sampai tak henti-hentinya menayangkan berita mengenai Hadi Setiawan dan keluarganya seperti One Two Media memborbardir Kamila kemarin.

Karir Jessica Amanda juga terombang ambing. Beberapa brand dan produser membatalkan rencana kerja sama. Namun, karena namanya sedang ramai diperbincangkan tetap saja ada beberapa talkshow yang ingin mengundangnya. Beberapa media gosip masih menongkrongi depan rumahnya.

Demi kesehatan mentalnya, Jessica memilih mengurung diri di rumahnya dan menonaktifkan social media nya.

Tak hanya Jessica, tapi ibu Jessica pun tentu saja ikut terkena imbas. Ia selalu dicegat oleh wartawan ketika bolak balik mengunjungi penjara. Ia selalu terlihat menangis di depan kamera lantaran pertanyaan wartawan yang terlalu sadis. Seperti,

“Bu, sekarang udah nggak pakai pengawal lagi?”

“Bu, rambutnya udah nggak disasak lagi? Kok sekarang dandanannya biasa amat nggak pakai barang branded? Kan tas Hermes nya belum disita.”

“Bu, ngapain nangis bu? Saya lebih kasian sama Kamila Maharani.”

“Kasian lo bu mbak Kamila, sampai bunuh diri gara-gara kelakuan bapak.”

“Harusnya bapak sama ibu yang masuk buku sejarah, bukan Siti Zuriyah dan Muhammad Abraham.”

“Ibu ternyata jelek juga ya kalau nggak dandan? Mbak Mila dilempari telur aja masih cantik!”

“Ibu udah nggak bisa arisan dan haha hihi sama teman sosialitanya, dong?”

Adam Alexander sendiri masih dalam proses mencerna semua ini. Ia terus bertanya-tanya dan tak menyangka kalau ayah Jessica lah yang teroris. Ia terus mengeluh soal nasibnya, kenapa selalu berurusan dengan teroris. Namun, biar bagaimanapun ia tetap harus melanjutkan hidup dan sekaligus lega bahwa anaknya bukan cucu teroris.

Tawaran pekerjaan terus berdatangan seperti web series, film hingga diundang podcast dan youtube channel. Bahkan ia berencana merambah ke dunia sutradara. Saat ini ia juga sedang menggarap project membuat film pendek perdananya semoga lancar. Harapannya selain untuk prestasinya sendiri, agar suatu saat Anneth mau memainkan film atau series besutannya.

Saat ini ia akhirnya mengalah kalau Anneth tak mau terjun ke kedunia keartisan. Terpaksa akhirnya dirinya membatalkan kontrak Anneth dan membayar denda. Jika tak begitu, hubungan dengan putrinya akan berjarak. Namun, Anneth masih mau menyanyi dan les piano. Mungkin kelak dirinya akan mempertimbangkan menjadi musisi saja.

Ia telah setuju untuk menyerahkan hak asuh Anneth kembali kepada Arya dan Kamila begitu mereka menikah, dengan syarat Anneth tetap bersama dirinya selama tiga hari berturut-turut setiap minggunya. Empat hari sisanya, berarti waktu bersama Arya dan Kamila. Arya menyanggupi itu dan sudah berjalan seminggu ini, meski nantinya harus diskusi lagi dengan Mila begitu sadar. Itupun saja melalui pertengkaran sengit sampai akhirnya ditengahi oleh kedua orang tua Arya.

 Hari ini misalnya, waktunya Anneth berkumpul bersama Arya dan ketiga anaknya. Mereka kini sedang jalan-jalan ke Taman Safari dan sebentar lagi memasuki Cisarua.

Rencana mereka ke Zoo seminggu lalu batal. Jadi saat tanggal 19 pagi, Arya sengaja buru-buru pulang dari rumah sakit untuk menepati janjinya. Harapannya, keempat anaknya sudah rapih dan tinggal berangkat.

Begitu sampai rumah, keempat anaknya memang tampak sudah siap pergi.

“Nah, kalian udah siap.” Senyum Arya mengembang begitu baru memasuki rumah. Mereka sedang duduk di ruang tengah dengan wajah ditekuk.

“Tas nya mana? Kok nggak disiapin sekalian?” Harapannya tas yang berisi baju renang, baju ganti dan camilan sudah dikeluarkan dari kamar agar tak bolak balik.

Anneth tiba-tiba menyeletuk.

“Anneth udah siap, soalnya kita mau dianterin Papa Arya ke rumah sakit. Anneth nggak mau ke Zoo kalau kondisi mama kayak gitu.” Ia memasang wajah cemberut.

Sara menimpali.

“Papa, tadi Sara udah bujuk tapi……”

Arya langsung memotong dan berbicara lembut kepada Anneth. Ia duduk di sebelah gadis kecil itu.

“Anneth nggak mau ke Zoo karena lihat kondisi mama?” Arya mengulangi.

Anneth menganggukan kepala. “Masa Anneth seneng-seneng sendiri kalau mama menderita.”

Arya menghela nafas.

“Anneth tau nggak yang bikin mama seneng?” Tanya Arya.

Anneth hanya menggelengkan kepala.

“Mama senang kalau Anneth bahagia. Anneth bisa jalan-jalan, makan enak, sehat dan nggak ada yang jahat sama Anneth.”

Anneth terdiam.

“Kan kakak-kakak juga udah pada siap mau ke Zoo.” Lanjut Arya.” Anneth juga udah rapih. Jadi kita berangkat aja yuk, keburu jalanan macet.”

“Maaf, papa Arya. Anneth nggak ikut ke Zoo ya.” Ucap Anneth. “Jadi Papa Arya sama kakak-kakak aja. Nanti Anneth ke rumah sakitnya sama mba Wulan naik taksi aja.”

Lihat selengkapnya