NOL

Putri Lailani
Chapter #49

Apa Kabar, Arya? #49

Butuh waktu lima jam akhirnya mereka semua tiba di rumah sakit. Kini waktu menunjukkan pukul tiga sore. Tak hanya karena perjalanan yang macet di tanggal merah dan weekend, tapi tadi Arya menawarkan anak-anak untuk menaiki setidaknya dua wahana dulu. Anak-anak awalnya menolak karena ingin buru-buru bertemu Mila. Namun, Arya memberitau kalau Mila masih tertidur dan akan bangun beberapa jam lagi jadi tak perlu buru-buru.

Mereka baru memasuki lobby rumah sakit. Mila sudah dipindah di kamar rawat inap yang kebetulan terletak di lantai lobby juga. Ia sudah meminta izin kepada Surya untuk membawa anak-anak terutama Anneth untuk masuk.

Berhubung dirinya belum yakin dengan kondisi mental Mila, ia sebaiknya menyuruh anak-anak menunggu di lobby dulu sambil bermain playground.

“Kalian tunggu disini dulu ya, papa mau izin sama suster untuk bawa kalian masuk.” Arya beralasan. “Nanti kalau sudah oke, papa kesini lagi jemput kalian.”

“Iya, Pa.” Jawab mereka kompak.

“Jangan kemana-mana, ya.” Arya mewanti-wanti. “Wulan kamu jaga mereka.”

“Baik, Pak.”

Arya pun langsung berjalan masuk. Dari lobby ia langsung berbelok ke kanan menusuri lorong menuju kamar L-105. Jantungnya berdegup kencang menebak-nebak bagaimana respon Mila nanti. Apalagi dirinya sempat meninggalkannya tiga bulan tanpa kata-kata, ditambah memberitakan pernikahannya yang batal melalui media. Kesalahannya memang tak termaafkan. Ia pun siap jika harus diamuki oleh wanita itu.

Begitu diujung lorong, ia berbelok ke kanan dan mencari-cari kamar L-105. Ia melihat satu persatu nomor kamar. Ia hanya fokus melihat ke sebelah kanan karena khusus nomor ganjil.

“111…109…”Gumamnya sambil menunjuk-nunjuk nomor kamar dan terus berjalan. “107….105.”

Ia langsung menghentikan langkahnya setelah menyebut angka 105. Jantungnya berdegup semakin cepat. Ia terus menarik dan menghembuskan nafas berulang kali. Ia mencoba merapikan penampilan sebisanya karena tak ada cermin. Ia pastikan polo shirt merah maupun jeans biru dongkernya tak ada noda bekas menyuapi Anneth dan Dino tadi.

“Pak Arya.” Tiba-tiba suara perempuan memanggilnya. Ia pun langsung menoleh.

“Oh iya, Sus?”

Ternyata adalah suster rumah sakit.

“Katanya mau bawa anak-anak ya, Pak?” Tanyanya ramah.

“Oh, iya. Tapi mereka saya minta tunggu di depan dulu. Saya mau berdua dulu dengan Kamila.”

“Oh, nanti masuknya satu-satu ya, Pak. Karena takutnya berisik dan ganggu pasien lain yang sedang istirahat.” Beritau sang suster.

Arya menganggukkan kepala. “Baik, Sus. Oiya ngomong-ngomong gimana kondisi Mila sekarang, Sus?”

“Sebaiknya bapak lihat sendiri saja di dalam. Permisi, Pak.”

Suster itu berlalu dan perasaan Arya semakin tak karuan. Arya menarik kemudian menghembuskan nafas sekali lagi. Ia berjalan perlahan menuju pintu kamar L-105 kemudian dibukanya gagang pintu tersebut dan dorong.

Begitu sudah di dalam, ia langsung bisa melihat sosok yang ingin ditemuinya sejak tadi sedang duduk membelakanginya di ranjang, memandang keluar jendela. Wanita itu belum melihat ke arah dirinya. Ia hanya bisa melihat rambut panjang hitam wanita itu yang tergerai dan mengenakan pijama biru laut.

Arya berjalan perlahan mendekati wanita tersebut. Mendengar suara langkah kaki, wanita itu kemudian menoleh kepada dirinya. Jantung Arya berdegup kencang begitu mata mereka bertemu. Awalnya ia tak bisa membaca ekspresi wanita itu. Namun, kemudian bibir wanita itu menyunggingkan senyum tipis. Arya juga balas tersenyum.

Untuk ukuran orang yang baru bangun dari koma selama tiga minggu, ia terlihat fit. Tubuhnya kini sudah tak dipasangi banyak selang dan hanya selang infus. Wajahnya sudah ia riasi make up tipis.

“Apa kabar, Arya?” Wanita itu membuka percakapan lebih dulu sambil tersenyum.

Lihat selengkapnya