NOL

Putri Lailani
Chapter #56

Adam yang Ternyata Masih Menaruh Hati #56

Di sisi lain, Arya meninggalkan mejanya dan hendak mengambil kue di area stall makanan.

Ia menoleh ke arah istrinya sejenak dan tampak istrinya masih asyik mengobrol dengan sahabat dan juga adiknya. Ia mememerhatikan meja istrinya tak ada makanan, maka ia memutuskan untuk mengambilkannya juga agar tak kekurangan gula darah.

“Kebiasaan kalau lagi asyik suka lupa makan.” Arya tertawa sendiri sambil menggelengkan kepala.

Sebenarnya hasil MRI kemarin baik-baik saja namun Surya terus berpesan jangan sampai Mila kurang makan. Istrinya itu juga kalau nggak diingetin makan suka kelupaan. Ia melihat di deretan stall ada pasta, pizza, steak, siomay, bakwan malang, ice cream, buah-buahan dan snack.

Mengingat istrinya tadi sudah makan nasi kebuli, pasti akan menolak jika diberikan menu utama, maka dirinya memutuskan untuk mengambil beberapa snack, seperti risol, eclairs, pudding, dll.

“Ambilin buah aja!” Celetuk seorang laki-laki yang tiba-tiba berdiri di sebelahnya hendak mengambil jus. Seolah lelaki itu bisa membaca pikiran.

Arya mengernyitkan dahi.

“Buah?” Arya masih dalam proses mencerna.

Lelaki blasteran berbadan tinggi tegap itu mengangguk.

“Mila pasti nolak kalau dikasih itu karena makanan-makanan itu bikin gendut.” Lelaki itu kemudian meneguk jus nya.

“Oh, thanks ya.” Arya kemudian mengambil piring kosong hendak mengambil buah.

Namun, Arya tak sengaja memergoki lelaki itu menatap istrinya begitu dalam.

“Oiya, tadi lo udah anterin Anneth ke kamar? Udah tidur?” Arya membuyarkan lamunan lelaki itu.

Lelaki itu terkesiap. “Udah. Gue bacain satu buku cerita, dia langsung tidur.”

Lelaki itu kemudian meninggalkan Arya dan keluar menuju balkon. Ia kemudian berdiri di salah satu sudut sambil meneguk jus nya menyendiri. Arya langsung mengurungkan niatnya mengambil makanan dan malah menghampiri lelaki itu.

Begitu di luar, Arya berdiri saja di sebelahnya dan hanya diam saja sambil tangannya berpegangan pada railing.

“Lo masih ada perasaan sama Mila?” Tanya Arya blak-blakan.

Lelaki itu hanya menatap kembang api dengan santai.

“Dam?” Panggil Arya sekali lagi.

“Gue nih, sering diceritain sama kakak-kakak gue atau teman yang udah nikah.” Adam jeda sejenak dengan suara serak. “Kakak atau teman gue yang cewek misalnya, mereka pasti kesal kalau suaminya tiba-tiba taruh handuk basah diatas kasur, odol yang pencetnya nggak rapih, lemari langsung berantakan tiap kita yang cowok-cowok abis ambil baju, barang yang asal taruh tiap kita pulang kerja jadi bikin rumah berantakan, sampai tidur ngorok.”

Adam tertawa geli sejenak.

“Sebenarnya itu hal sepele, tapi kebiasaan kita para cowok yang cenderung selebor bikin para istri marah-marah sampai ada yang mau cerai gara-gara itu.” Adam tertawa lagi.

“Hampir semua teman cewek gue pasti begitu.” Lanjut Adam. “Cowok-cowok biasa ajakin gue nongkrong malem-malem karena malas istrinya ngomel terus di rumah.”

Adam jeda sejenak.

“Tapi Mila beda.” Ujarnya tiba-tiba dan matanya berkaca. “Dia nggak pernah marah gara-gara hal sepele. Jangankan hal sepele, marah karena gue kasarin aja nggak pernah. Yang ada, dia langsung beresin cepat kalau ada yang berantakan.”

Adam jeda lagi. Arya diam saja dan tak dapat berkata-kata.

“Yah, jujur aja waktu gue denger kabar kebenaran soal Hadi Setiawan terus batal nikah sama Jessica, gue ya biasa aja. Nggak shock, nggak terpukul.”

Adam menghela nafas.

“Tapi gue nggak mau nyesel karena gue memang nggak pantes dampingin Mila. Apalagi bulan depan gue mau ke Amerika, dapet tawaran job disana. Mungkin bisa 6 bulan, 1 tahun atau bahkan lebih. Gue bertahan sama Mila pun nggak akan pernah punya waktu sama dia dan bahagiain dia.” Adam mengangkat bahu.

Adam melanjutkan kembali.

“Intinya, dia perempuan istimewa. Lo jaga dia baik-baik, ya. Bisa dapetin Mila tuh beruntung banget.” Pesan Adam.

Lihat selengkapnya