Usai acara malam tahun baru dan para tamu sudah pada pulang, kedua pengantin baru itu berjalan menusuri koridor menuju kamar mereka.
Mereka bergandengan tangan sambil tersenyum mesra bak ABG yang sedang cinta monyet.
“Aku mau cek anak-anak dulu.” Mila langsung menghentikan langkahnya begitu tiba di depan kamar 3011 dan 3012. Anneth dan Sara tidur di kamar 3011 sedangkan kedua anak laki-laki tidur di kamar satunya lagi.
“Besok pagi aja. Mereka pasti udah pada pulas.” Rajuk Arya manja sambil menarik lengan Mila. Matanya tampak memberikan kode.
Mila hanya tertawa dan menuruti suaminya menuju kamar.
Kamar mereka terletak di ujung lorong, nomor 3020.
“Ngomong-ngomong kamar kita kenapa jauh dari anak-anak, ya?” Tanya Mila bingung.
Arya hanya menyeringai.
“Kan, kakek, nenek, tante, om dan sepupunya udah dekat mereka.” Jawab Arya yang kemudian membuka pintu setelah tap kartu.
“Silahkan, istriku.” Arya mempersilahkan istrinya masuk terlebih dulu sambil menahan pintu.
“Makasih.” Mila langsung memasuki kamar dan diikuti oleh suaminya dibelakangnya.
Kembang api masih terlihat dari jendela kamar mereka. Mila berjalan pelan ke arah jendela sambil menatap kagum kembang api tersebut.
Tiba-tiba terasa pelukan hangat suaminya dari belakang. Mila tersenyum kemudian membalikkan badan. Mereka kini saling bertatapan dan tersenyum.
“Oiya, sayang.” Ujar Mila tiba-tiba memecah keheningan. “Aku perhatiin sepanjang acara kamu celingak celinguk kayak cari orang. Kamu cari siapa sih sebenarnya?”
Arya menghela nafas panjang.
“Udah, nggak penting. Orangnya juga nggak datang.” Saut Arya sambil membelai kepala istrinya mesra.
“Siapa?” Tanya Mila penasaran.
“Tadinya aku mau kasih surprise ke kamu, mau undang sepupu kamu Lina. Tapi dia malah nggak muncul.”
“Lina? Loh, kamu udah kenalan? Sempat contact?”
“Iya, biasalah bantuan Taufik aku akhirnya dapat contact dia. Aku padahal udah teleponan beberapa kali terus kemarin lusa sempat video call katanya mau datang. Padahal pas video call dia lagi ada di Singapura, lho. Terus sekarang ga ada kabar dia nggak datang.”
Mila menghela nafas.
“Sekarang dia gimana kabarnya, ya? Penampilannya gimana sekarang? Terus emang beneran dia tadinya niat mau datang? Kalau nggak ada kabar kali aja terjadi sesuatu?” Cerocos Mila.
Arya menggeleng.
“Dia emang nggak niat datang. Selama aku telepon dan lihat mimik mukanya saat video call emang ogah-ogahan. Dia bilang bersedia datang, ya karena aku paksa.”
Mila mengangguk.
“Makasih ya, kamu udah nyiapin semua ini. Sampai usaha bikin Lina satu-satunya keluarga sedarah aku datang.” Mila tersenyum mesra.
“Aku dan Anneth sekarang juga udah nggak sebatang kara lagi, karena ada kalian.” Sambung Mila.
“Sama-sama, Sayang.” Arya mengecup kening istrinya.
Mereka bertatapan cukup lama kemudian langsung saling melumat bibir. Tangan Arya kemudian memegangi leher kemudian memegangi tali baju Mila.
Baru saja mau menurunkan tali bajunya, tiba-tiba ponsel Arya berdering. Mereka berdua tersentak dan Arya langsung melepaskan bibirnya.
“Duh, siapa sih ganggu aja?” Gerutu Arya sambil merogoh ponsel di saku celananya.
Mila hanya tertawa. “Lagian, bukannya kamu silent.”