Setibanya di Istana Negara, mereka pun disambut oleh kepala staff kepresidenan, bapak Agus di pintu masuk. Para wartawan mengabadikan momen tersebut.
Mila, Arya dan anak-anaknya kompak sekali memakai pakaian batik. Pakaian yang mereka pakai sejak ziarah tadi.
“Selamat siang, Ibu Mila dan Bapak Arya.” Sapa pria usia pertengahan 50-an itu sambil mengulurkan tangannya.
“Selamat siang, Pak Agus.” Mila membalas uluran tangannya kemudian diikuti dengan Arya.
Kepala staff tersebut kemudian menatap anak-anak dan menyapa Anneth terlebih dahulu.
“Hi, Anneth ya?” Godanya sambil mengulurkan tangan.
Anneth pun membalas uluran tangannya. “Iya.”
“Aduh, lucunya.”
Mereka pun tertawa.
Pak Agus juga tak lupa menyapa dan menyalami anak-anak mereka yang lain.
“Yaudah, masuk yuk.”
Mereka pun berjalan melewati ruang depan yang memiliki tiga lampu kandelabra besar dan sepasang cermin antik yang tingginya mencapai tiga meter. Mereka sedang menuju arah Balairung. Wajah anak-anak tampak antusias melihat sekeliling.
Setibanya di Balairung, mereka dibawa ke ruang jamuan ke meja oval panjang berukuran sekitar 8 meter. Disitulah mereka diminta menunggu.
“Silahkan tunggu disini, ya. Sebentar lagi bapak akan menemui kalian.”
“Baik terima kasih, Pak.” Saut Arya dan mereka pun duduk di posisi masing-masing.
“Anak-anaknya manis-manis, ya. Senang saya lihat anak kecil punya manner kayak begini.” Puji pak Agus sebelum meninggalkan mereka.
“Alhamdulillah, terima kasih pak. Iya, sayang kalau mereka nggak punya manner udah di sekolahin mahal-mahal soalnya.” Kelakar Arya dan mereka tertawa bersama.
“Yaudah, tunngu sebentar ya.”
“Baik, pak.”
Kepala staff itu pun berlalu.
Sambil menunggu mereka pun celingak celinguk melihat sekeliling.
“Biasanya cuma lihat di TV, sekarang bisa kesini langsung.” Ujar Sara kagum.
Sara kemudian menyindir ayahnya.
“Sayang, HP aku diambil padahal mau selfie-selfie.” Sara memajukan bibirnya.
“Makanya jangan bandel. Jangan bohongin papa.” Ketus ayahnya.
Mila hanya tertawa melihat itu.
“Udah-udah, ini kamu foto-foto pakai HP mama aja ya.” Mila merogoh tas nya.
“Asyik.”
“Tapi foto-fotonya disini aja, jangan jalan-jalan dulu. Takutnya nanti Pak Presiden keburu datang.” Mila menyerahkan ponsel kepada anak sulungnya yang duduk di seberangnya.
“Siap.” Sara langsung menerimanya.
Setelah membuka, Sara pun langsung asyik berselfie dan tentu saja tak mau melewatkan background istana tersebut.
“Aku juga mau.” Rengek Ade.
“Ayo-ayo, kita wefie berempat.” Ajak Sara.
Kebetulan adik-adiknya duduk sederetan sehingga lebih mudah melakukan wefie. Arya juga mengeluarkan ponselnya dan wefie berdua dengan istrinya. Sesekali mereka mengambilkan foto pasangannya.
Tak lama orang yang sejak tadi ditunggu-tunggu memasuki ruang perjamuan tersebut dan diikuti dengan pak Agus dibelakangnya. Mereka pun terkesiap, langsung memasukkan ponselnya kemudian berdiri menyambut kedatangan orang nomor satu tersebut.
Pria berusia pertengahan 60-an dengan rambut penuh uban dan berperut buncit itu tersenyum ramah kepada mereka semua sambil berjalan.