Mereka berenam terpana dari dalam mobil begitu baru melewati gerbang hitam rumah tersebut. Sejumlah security dan juga bodyguard menyambut mereka di depan. Halaman depannya saja begitu luas. Supir berjalan lurus terus kemudian mengitari air mancur. Sisi kanan dan kiri rumah megah nan futuristic itu tampak padang rumput yang begitu luas.
“Papa, ini rumah baru kita?” Tanya Sara tak percaya.
Arya sampai tak menggubris saking terpananya. Mulutnya menggangga lebar.
Supir menepikan mobilnya persis di depan tangga menuju pintu masuk rumah. Seorang pria berusia pertengahan 30-an berdandan rapih tampak menyambut mereka di depan yang tampaknya adalah kepala pelayan.
Mereka pun satu persatu menuruni mobil Alphard hitam tersebut.
“Selamat datang Pak Arya dan Bu Kamila, perkenalkan nama saya Rico kepala pelayan disini. Saya siap melayani bapak dan ibu sekeluarga.”
“Hallo, siang Rico.” Sapa Mila ramah. “Tadi kita udah bicara ya di telepon? Oiya, bapak dan ibu mertua saya apa sudah datang?”
“Udah, Bu Mila. Mereka dan juga adik ipar ibu sudah menunggu di dalam. Mari masuk.”
“Mama, aku boleh lihat-lihat kesana nggak?” Anneth menarik-narik baju Mila.
“Papa, aku juga mau lihat-lihat.” Timpal Dino.
“Nanti ya, anak-anak. Kita sapa opa, oma dan tante Asri dulu di dalam baru nanti keliling rumah.” Saut Mila lembut.
Mereka pun menaiki tangga untuk memasuki rumah. Mereka langsung takjub begitu melihat pintu kacanya yang terbuka otomatis. Rumah tersebut bergaya Eropa modern dengan nuansa dominan putih, coklat dan gold. Begitu masuk mereka disambut dengan area depan yang bak lobby hotel dan terdapat resepsionis juga di rumah tersebut.
“Selamat siang, ibu dan bapak.” Sapa dua orang resepsionis tersebut.
“Oh, selamat siang.” Arya, Mila dan anak-anaknya berusaha menyembunyikan rasa terkejutnya sejak tadi agar tak terlihat kampungan. Anak-anaknya juga sudah diperingati sejak kemarin.
“Perkenalkan, pak dan bu.” Ujar Rico. “Mereka ini Ayu dan Rosa resepsionis rumah ini. Jadi tugas mereka menyambut tamu, mengatur jam berkunjung tamu yang nanti akan koordinasi langsung dengan asisten pribadi bapak dan ibu, selain itu mereka yang terima paket setelah di screening oleh security kami dan mengangkat telepon masuk dan menyambungkan ke extention anggota keluarga maupun karyawan yang mereka cari.”
“Hallo.” Sapa Arya dan Mila dengan ramah.
Rico pun mengajak mereka masuk ke dalam rumah yang ternyata harus melewati pintu kaca terlebih dahulu.
“Jadi nanti yang bisa langsung masuk kesini adalah anggota keluarga dengan scan retina masing-masing.” Beritau Rico. “Jadi nanti bapak, ibu dan anak-anak harus mendaftarkan terlebih dulu. Untuk para karyawan disini termasuk saya itu menggunakan acces card dan mereka harus menyerahkan ini ke kepala keamanan sebelum pulang. Untuk yang menginap, mereka tetap terus memegang ini.”
Rico langsung tap kartu yang sejak tadi dikalunginya, kemudian membuka pintu kaca tersebut. Mereka satu persatu pun masuk.
“Bapak dan ibu nggak usah khawatir, kalau ada karyawan yang bapak dan ibu curigai, bisa langsung delete saja kartunya dari sistem agar mereka tak bisa pakai. Ibu dan bapak yang memiliki kontrol terhadap acces card.” Beritau Rico.
“Oiya, untuk tamu yang datang tentu akan diantar oleh Ayu dan Rosa atau pelayan di rumah ini.”
Mereka hanya mengangguk-angguk karena begitu takjub dengan yang mereka lihat berikutnya. Ruang yang mereka masuki adalah living room, namun bukan living room biasa. Living room tersebut bak lobby hotel bintang 5.
“Wow!” Seru mereka semua takjub.
Mereka sampai tak sadar kalau kedua orang tua dan adik Arya sedang duduk di salah satu sofa area tersebut dan memanggil-manggil kemudian berjalan menghampiri mereka.
Di area itu terdapat beberapa set meja dan sofa dalam posisi melingkar. Mila membayangkan area tersebut pasti bisa diisi oleh puluhan orang. Dekorasinya mirip dengan Hotel Serenity tempat mereka menikah kemarin. Terdapat juga air mancur di bagian tengahnya. Andaikan ini hanya hotel, mereka tentu tak akan senorak ini. Di bagian ujungnya pun terdapat lift dan bagian kanan kiri lift terdapat toilet dan tangga juga.
“Rumah baru kamu bagus banget, tadi mama juga kaget lho.” Ibu mertuanya menepuk pundak Mila.
“Eh, Mama.” Mila yang baru sadar ibu mertuanya berdiri di sebelahnya langsung menyalaminya. Ternyata suami Asri serta kedua anak Asri juga ikut.
“Aku juga mau tinggal disini.” Rengek anak sulung Asri yang seusia Ade.”
“Boleh kok, Sayang.” Saut Mila tertawa. “Kebetulan mama dan papa kamu kan juga kerja disini.”
Mereka hanya tertawa.
Rico mengantar mereka lagi menuju lift yang membawa mereka ke lantai dua. Tak seperti lantai satu, lantai dua semua beralaskan karpet. Dekorasinya benar-benar seperti hotel versi mini. Begitu mereka keluar dari lift, Rico mengajak mereka ke sisi kanan.
“Di lantai ini semuanya untuk keperluan kerja, Bu.” Ujar Rico. “Jadi ada ruang meeting dan ruangan para staff.”
Rico membuka pintu tersebut satu persatu.
“Staff?” Tanya Mila bingung.
“Iya, jadi nanti ibu dan bapak punya staff khusus dibawah Narendra. Mereka kerjanya disini, bukan di kantor. Tugas mereka mulai dari melayani kebutuhan pribadi anggota keluarga, membantu ibu mengawasi kinerja perusahaan, BOD, memantau saham, memata-matai BOD sampai karyawan yang berpotensi mengkhianati ibu sampai meyusun strategi jika performa salah satu perusahaan dinilai menurun.”
Mireka melihat-lihat ruang meeting dan diseberangnya merupakan ruangan kerja para staff.
“Itu ruang apa?” Mila menunjuk pintu di sebelah ruangan staff.
“Oh, itu ruang kerja Narendra, Bu. Kita ke sisi sebelah sana yuk bu ada yang mau saya tunjukan.” Ajak Rico.
Mereka pun mengikuti Rico ke sisi sebelah kiri lift tadi.
“Sekarang para karyawan pada kemana? Kok sepi?” Tanya Mila bingung.
“Mereka sengaja diliburkan untuk hari ini agar ibu dan bapak nggak kaget. Mereka akan aktif kembali besok. Paling yang ada hanya pelayan dan cleaning service saja. Oiya, kalau Narendra akan datang sebentar lagi.”
Mila hanya mengangguk-angguk sambil mereka terus berjalan.
“Nah, kalau sisi sebelah sini itu ada ruang kerja bapak, ibu, ruang terima tamu dan juga perpustakaan.”
Rico kemudian membuka pintu ruang kerja. Mereka memasuki ruangan tersebut satu persatu.