[5 JANUARI 2022]
“Ren, kenapa bapak sama ibu harus meeting disini sih? Lo kasih tau gue juga dadakan.” Omel CEO One Two Media kepada Narendra.
Wajahnya terlihat sekali begitu panik dan ketakutan sehingga membuat Narendra terpingkal – pingkal.
Saat ini waktu masih menunjukkan pukul tujuh pagi. Cleaning service dan OB tampak sibuk beres-beres menyambut kedatangan bos besar.
“Gue udah bilang kalau meeting-nya di AZ Tower aja, tapi ibu maunya disini.” Beritau Narendra yang masih menyisakan tawa. “Lagian dadakan apanya, sih? Gue kasih tau abang kan dari jam 2 siang kemarin. Sekretaris abang kan juga udah di info sama staff di AZ Mansion.”
“Iya, tapi gue baru baca chat lo jam 5. Sekretaris gue juga baru info jam segitu. Kan gue meeting terus seharian.” CEO itu terus ngedumel sepanjang hari.
“Yaudah, toh ini juga udah mau beres.”
Mereka berdua sambil berjalan dan memantau persiapan untuk menyambut dua orang penting itu.
“Ini pemred sama reporter pada ketakutan lo denger ibu sama bapak mau kesini. Kita semua mau dimarahin, ya?” CEO bernama Yohan berusia awal 50-an tampak bergidik.
Narendra pun pura-pura berpikir. Ia sengaja mengisengi Yohan.
“Ya, bisa iya…bisa nggak.”
“Mati lah, gue!” Yohan menepuk jidatnya. “Padahal gue dulu cuma disuruh pak Hadi. Kadang pak Hadi yang nyuruh langsung wartawan sendiri, lewatin gue dan pemred.”
Wajahnya tampak panik ketakutan.
“Istrinya sama Jessica Amanda juga nyuruh gue. Terus gue mau bilang apa?” Lanjut Yohan.
“Yaudah saran gue nih bang, mending lo minta maaf terus sembah sujud dulu aja sebelum kena semprot.” Narendra menyeringai.
“Sial, lo! Emang mereka gimana sih sifat aslinya? Galak?”
“Ya tergantung lo, Bang.” Narendra sejak tadi tak henti-hentinya mengerjai CEO dan para karyawan One Two Media yang ketar-ketir.
“Kalau bapak sih saya tau orangnya galak dari info-info kantor lamanya.” Ucap Yohan. “Nah, kalau ibu katanya baik. Tapi nggak tau juga nih kalau dendam. Ngeri-ngeri sedap, lah.”
“Hati-hati lho, bang. Marahnya orang sabar itu lebih mengerikan.” Narendra sengaja menakut – nakuti. “Makanya bang, jadi orang tuh jangan jahat - jahat. Eh, tau-tau yang dijahatin jadi bos besar sini.”
Ponsel Narendra kemudian berbunyi yang ternyata adalah kepala keamanan rumah.
“Ya, Joseph.” Narendra langsung menjawab.
“Pak, bapak dan ibu baru saja jalan ya.” Beritau Joseph dari seberang sana. “Naik mobil.”
Narendra pun langsung melihat arlojinya yang masih pukul 07.15 WIB. Ia heran padahal jaraknya sangat dekat dari AZ Mansion.
“Oh, oke thank u ya Joseph.”
Begitu memutus sambungan, Narendra langsung menyeringai kepada Yohan.
“Bos besar nyampe sekitar 15 menit lagi.”
Mata Yohan langsung terbelalak. “Serius, lo? Katanya jam 8? Ini CEO lain juga pada belum datang, lho!”
“Mau sidak dulu, kali! Udah ah gue mau nunggu di lobby.”
Narendra pun langsung berjalan menuju lift.
“Ren…Ren, tungguin gue dong. Gue juga mau ikut nyambut di lobby.” Yohan meneriaki Narendra yang meninggalkannya.
Yohan heboh dan panik sendiri. Ia berteriak kepada semua karyawan yang ada disitu sebelum mengejar Narendra.
“Bapak sama ibu sebentar lagi mau datang. Saya minta semuanya rapih, ya. Info juga ke lantai lainnya. Awas kalau sampai saya temuin ada lantai yang amburadul atau sampai kena tegur bapak dan ibu, saya SP nanti.” Ancam Yohan.
“Pak, terus nasib wartawan gimana?” Tanya Rika pemimpin redaksi.
“Ya, itu derita lo dah!” Yohan pun langsung ngacir mengejar Narendra. “Siap-siap cari kerjaan lain.”
Rika wanita berambut seleher itu langsung ngedumel.