Srek, srek, Reya sedang membalik halaman sebuah buku cukup tebal saat Ian berjalan mendekat dan berhenti pada deret terdepan barisan meja dan kursi, berhadapan dengannya. "Re, lo entar jelasinnya abis gue ya," sahut Ian menjelaskan singkat urutan persentasi.
"Iya, lo kasih tau aja bagian yang lain," sahut Reya masih terfokus pada bacaannya.
Seakan menyadari sesuatu, Reya yang asyik membaca berhenti. Reya mengangkat kepalanya, sementara Ian sudah berbalik ketika Reya menoleh kedepan. Tepat saat itu Maya dan Eva bercakap riang, melintas memasuki kelas. Reya yang melihat itu kemudian menoleh ke kiri depan ruangan. Reya mendapati Adre duduk menyender pada meja disana sembari menatap mengawang kedepan dan sesekali menoleh pada buku ditangannya dengan raut serius, seakan mencoba mengingat-ingat isi buku tersebut. Sementara Ian terlihat bingung, berjalan mondar-mandir tak jauh di sana.
Reya mengernyit, menyadari ada sosok yang belum terlihat. Memastikan keberadaan sosok itu, Reya kembali menoleh-noleh ke sekeliling, namun sosok yang dia cari tetap tak tampak. Reya kembali mengernyit, "Mana tuh manusia?" batinnya.
Reya menoleh pada ian, dengan sedikit malas... "Hmm... Yan, Mana Ray?" Rasanya entah berapa puluh kali Reya mengajukan pertanyaan itu.
Ian menoleh, mengernyit dan mengangkat bahu masih dengan raut bingungnya.
Reya menghela nafas, menyipitkan mata jengkel. "Sialan! Ilang kemana lagi coba," Reya membatin.
--
"Oke, sekian dulu rapat kita hari ini, minggu depan gue harap rancangannya udah rampung," seorang pemuda kurus berambut kriwil berujar.
Ray yang tengah menulis pada sebuah buku kecil bergegas menyelesaikan tulisannya. Ray kemudian mengatupkan buku tersebut dan berdiri bersamaan dengan beberapa pemuda di sudut ruangan. Ray melangkah keluar meninggalkan beberapa orang yang masih sibuk berbincang, setia menghuni ruangan.
Ray melangkah menyusuri koridor depan ruangan tersebut. Dia merasa sedikit lega karena rapat yang dia hadiri telah usai. Rapat itu merupakan rapat yang rutin diadakan mengusut suatu pembahasan kegiatan yang akan segera dilaksanan. Biasanya rapat tak berlangsung begitu lama, namun sedikit berbeda kali ini, momen rapat yang berjalan lebih lama karena padatnya pembahasan sehingga membuat Ray tak dapat mengikuti perkuliahannya sebelumnya dan nyaris tak dapat masuk kelas lagi sekarang. Meski begitu, akhirnya rapat selesai. Ray dapat merasa lebih lega dan bergegas meninggalkan ruangan menuju kelas hari ini.
Ray mempercepat langkah menuruni anak tangga, berlari secepatnya melewati lorong menuju kelas. Sesekali dia menenggok jam di pergelangan tangan, "Hampir terlambat," batinnya. Dia pun semakin mempercepat langkah.
Tak berapa lama, Ray sudah sampai di sana, ruang kelas di ujung lorong dengan pintu yang terbuka lebar. Ray akan melewati pintu tersebut namun terhenti tatkala seseorang muncul dari dalam. Seseorang itu Reya... yang berhenti hanya berjarak dua langkah dari pintu. Dia menoleh dan menunjukkan raut kesalnya mendapati kemunculan Ray.
"Lo tau kan bentar lagi kelompok kita persentasi? Kemana aja lo?" sambutnya seketika.
"Sory, gue ada rapat tadi," sahut Ray tenang.
"Rapat di jam-jam segini, lo ngak mikirin kita kelimpungan nyiapin bahan buat nanti," balas Reya tajam.
"Iya, masih ada waktu kok. Lagian gue udah dateng," sahut Ray.
"Oh iya, kan lo udah dateeeng," seru Reya mengejek.
"Kenapa sih? Masalah banget," sergah Ray mulai kesal.