Nona Aneh dan Tuan Menyebalkan

el tsuki
Chapter #6

Bagian 5: Halo Tetangga

"Jadi gimana kelas lo kemarin tu? Seru?" Cleo duduk dihadapan Riani dan langsung meminum air mineralnya.

"Apaan?" sahut Reya tak tertarik.

Seakan teringat sesuatu, "Eh tau ngak?" Reya bangkit dari posisi menyender, langsung menegakkan badan, merasa bersemangat. "Gue sekelas lagi sama tuh manusia...!" sambungnya, membuat kedua gadis dihadapannya menoleh kompak.

Belum sempat Reya menceritakan betapa kesalnya dia terus-terusan melihat Ray, Riani justru tertawa, begitu pula dengan Cleo. Reya terdiam dengan herannya.

"Jangan-jangan jodoh," sahut Cleo ngasal seusai menyingkirkan tawanya.

"Lengket terus," Riani menyambung.

"Iiih... ngomong apa sih," sahut Reya heran.

"Ya kan kalian berantem terus tuh...," Riani tersenyum-senyum "Jangan-jangan lo suka dia?" ujar Riani kemudian bersamaan dengan Cleo, mereka lalu saling bertatapan dan tertawa geli.

"Gila! Ngak lah," dengan kesal Reya menjawab, tanpa sadar sedikit meninggikan suaranya.

Reya mendelik, melirik ke sekeliling, memastikan tak ada pergerakan di dekat mereka. Beruntung tak ada seorang-pun yang menengok kepo. Secara ruangan besar itu digunakan sebagai ruang latihan tari sebuah lembaga dan tengah ramai-ramainya.

"Trus lo kok marah terus ke dia?" Riani kembali bertanya tak percaya.

"Apa sih? kalian jadi kayak dia, nyebelin," sahut Reya masih kesal dengan pertanyaannya.

"Nyebelin apa nyebelin?" masih dengan kepo-nya Riani bertanya tanpa melihat ekspresi Reya yang kesal.

Reya menatap Riani tanpa menyahut, Reya memasang raut wajah kesal seolah menggambarkan betapa menyebalkannya Ray. Kemudian Reya buka mulut, namun hanya sanggup mengatakan... "iih...," masih bersunggut-sunggut.

Seruan Reya hanya ditanggapi dengan tawa kecil sahabatnya tersebut, seakan menunjukkan antara percaya atau tidak dengan ungkapan Reya.

"Awas lo dari musuh jadi cinta," umbar Cleo.

"Jijai..., ogah. Ngayal lo pada," Reya melotot.

Drrr... suara pelan itu seakan mengembalikan Reya dari lamunannya. Drrr... suara itu kembali muncul, saat Reya melewati pintu itu. Pintu biru bus yang baru saja menutup beberapa saat seusai Reya menuruninya bersama beberapa penumpang setujuan lainnya. Reya berbelok pada sebuah tikungan jalan, menelusuri jalan tersebut yang berjarak beberapa bangunan dan hendak berbelok ke kiri jalan lainnya yang dari posisinya sudah menampakkan blok-blok gang perumahan.

Reya asyik melangkah sembari mengomel teringat kembali perbincangan tak jelasnya dengan Riani dan Cleo di ruang unit tadi. "Dasar! Gimana mungkin gue suka si Ray, si manusia nyebelin itu? Ngak ada manusia lain apa?" batin Reya kembali.

Reya mendengus kesal, tak hanya karena lelucon tersebut namun juga Cleo dan Riani yang memilih kabur. Cleo yang dengan santainya mengikuti sesi latihan dadakannya, meninggalkan Reya yang sudah sudi menemani dan menantinya cukup lama di unit, sementara Riani sudah pulang lebih dulu bersama pacarnya.

"Dasar Cleo... kebiasaan ribetnya. Mana udah dari tadi nungguin. Huh...," omel Reya sembari berjalan pelan dan menendang-nendang batu-batu kecil.

Belum selesai Reya mengomel entah kenapa mendadak langkahnya terhenti, mendapati seseorang hanya berjarak beberapa langkah darinya dengan kondisi sama terkejutnya dengannya.

--

Tek... Ray baru saja meneguk minuman botol yang baru dia beli dan mengatupkan tutup pelindungnya, meninggalkan desis pelan. Ray mematut sepeda motornya yang baru keluar dari bengkel tak jauh dari toko kecil tempatnya berhenti. Ray merasa sedikit heran, entah dimana dia terkena ranjau darat penyebab kempes ban motornya. Ray masih fokus menatap motornya hingga teringat percakapan absud siang tadi...

Lihat selengkapnya