Pagi Reya yang cerah mendadak berganti mendung. Ray si manusia menyebalkan, manusia yang paling tak ingin Reya lihat, entah bagaimana muncul dan menimbulkan kekesalan lainnya pada Reya. Tepat saat Reya sampai di gerbang depan dan berusaha membuka gerendelnya, Ray melintas dengan motor yang biasa dia bawa menuju kampus. Ray tampaknya tak menyadari dan terus melaju tanpa menengok namun itu sudah cukup membuat Reya syok. Meskipun faktanya mereka bertetangga namun selama ini tak pernah sekalipun Ray melalui rute jalan perumahan Reya dan hal ini seakan menjadi kejutan menyebalkan dipagi hari bagi Reya.
Menyangka sampai disana sajalah hal mengejutkan tersebut, namun rupanya hal tersebut tak mewujud. Reya yang sudah berada di pemberhentian bus, lokasi biasa Reya menanti bus yang akan mengantarnya ke kampus, saat itu lalu lintas yang padat bertambah sumpek dengan antrian bus yang ramai dan bus yang singgah, semuanya entah mengapa penuh. Reya masih bersabar menanti bus berikutnya saat sebuah sepeda motor entah darimana berhenti dihadapannya. Reya menoleh, mendapati sang pengendara membuka kaca helmnya, memunculkan wajah menyebalkan Ray. Entah dari mana dia, dan entah kenapa pula dia muncul, Reya merasa kesal seketika.
"Ngapain lo?" sapaan Ray disambut hening Reya.
"Masih disini aja? Telat lo," lanjut Ray.
Sedikit kesal Reya menyahut... "Peduli amat lo. Gue bakal jalan juga," sahutnya asal padahal belum tampak lagi bus menuju pemberhentian tersebut.
Ray menoleh-noleh menyadari bus yang tak ada. "Bareng?" sahutnya.
"Sory. Gue pake bus." Serasa ingin tersenyum mengejek, Reya girang saat sebuah bus muncul dan dalam kondisi lengang, tapi sayang niatnya tersebut tak jadi terlaksana, kerumunan didekat Reya memadat berdesakan memasuki bus yang baru berhenti tersebut dan tepat saat Reya akan masuk...
"Maaf kak, bus-nya penuh," sang petugas bus memberhentikan Reya.
"Sial...!" Reya terheran.
Reya mengernyit kecewa, "Eh gimana sih, buat gue sendiri moat lah yaaaa. Biar nyelip deh daripada gue disini sama tuh manusia... ."
Tapi tatapan memohon Reya tak mampu meluluhkan sang penjaga pintu bus, pintu pun ditutup dan bus melaju.
"Haaa....," batin Reya frustasi.
"Nebeng ngak?" tanya Ray yang masih betah bertahan disana dengan ekspresi geli dan kasihan atas adegan tadi.
"Ogah!" seru Reya, kemudian melambai pada bus yang muncul dan segera menaikinya.
--
"Dasar manusia nyebelin!" Reya bergumam kesal.
"Mana tuh manusia? Ngak ada?" Reya yang baru muncul dipintu ruang kelas menoleh-noleh ke sekitaran kelas, namun sosok Ray tak tampak.
Reya menautkan alis, "Lagi ke kantin kali atau ke lembaga, ah ngak tau lah," menggeleng pelan.
"Untung dosennya belum dateng huuuf...," Reya menghela nafas lega menyadari kelas yang masih amburadul tanpa dosen yang sibuk berceloteh ataupun tayangan proyeksi materi perkuliahan di dinding kelas.
Reya melangkah menuju salah satu bangku kosong baris depan, dan duduk pada posisi biasanya. Reya sedang duduk merenung teringat pagi menyebalkannya yang membuatnya kesal seketika. Reya menoleh ke kiri mengenyahkan bayangan menyebalkan Ray dan tanpa sengaja mendapati seorang gadis mondar mandir.