Sret... sret... goresan memanjang, melengkung, beserta kata-kata keterangan yang tengah ditorehkan sang dosen nyaris memenuhi papan tulis putih. Padahal sudah ada proyektor di ruangan itu namun sang dosen lebih memilih menggunakan papan tulis tersebut, berkilah materinya harus dijabarkan lebih detail. Alhasil para mahasiswa/i dengan setangah hati menyalin keterangan panjang yang dapat segera lenyap kapan saja.
"Ehem, ehem...," Cleo yang bosan menyimak sang dosen berbisik pada Reya, sementara matanya tetap awas, mengawasi pergerakan sang dosen.
"Kenapa lo?" sahut Reya pelan, melirik sekilas pada Cleo.
"Yang Sabtu malem kemaren, hmmm..." Cleo mengajukan pertanyaan tertundanya, tertunda dengan kehadiran sang dosen dan lagi lagi jadwal latihannya tempo hari.
"Apa? Traktiran lo ngak cukup nutup kesal gue lo tinggal tempo hari." jawab Reya jahil, sedikit ketus, sembari bergantian menoleh pada papan tulis dan mengisi buku catatannya.
Cleo mendengus, "Iya, kapan-kapan gue traktir lagi. Tapi ngomong-ngomong tetangga lo belum muncul tuh?" sahut Cleo tersenyum-senyum.
"Siapa?" Reya menoleh.
"Yang kemaren." Cleo kembali tersenyum.
Reya menoleh, "Aduh Cleo..." nyaris Reya bersorak keras, beruntung dia sadar akan keberadaan sang dosen dan keheningan kelas yang seketika akan pecah dengan sedikit saja kenaikan suaranya.
Reya kembali melirik sang dosen yang masih sibuk menumpahkan tinta pada landasan putih tersebut, Reya pun kembali menoleh pada Cleo. "Tetangga siapa? Beda blok juga. Lagian ngak peduli gue," jawab Reya ketus, kemudian berpaling, tak lagi menoleh pada Cleo.
Cleo diam dengan raut penasaran, namun dia tak mengungkapkannya. Cleo menoleh ke depan, takut jika sang dosen memergokinya. Ternyata sang dosen masih saja berkutat disana, Cleo pun melirik-lirik sekilas pada Reya yang sok cuek.
Diam-diam rasa penasaran Reya menggelitik. Setelah melirik Cleo yang kembali sibuk dengan catatannya, serta memastikan sang dosen yang masih sibuk dan tak akan memergoki hal konyol yang akan dia lakukan, Reya kemudian berbalik, mengintip ke arah belakang. Berhati-hati Reya segera menyipitkan mata, berkonsentrasi, namun tak menemukan yang dia cari. Padahal meski posisi biasa Ray tak terlalu ke belakang, biasanya dari posisi Reya tak sulit untuk menengoknya, namun entah mengapa Ray tak terlihat. Entah tertutup diantara deret kepala disana atau Reya tak memperhatikan dengan seksama, Reya kembali menajamkan mata. Padahal kelas kali ini cukub tertib sehingga hanya butuh sedikit usaha Reya untuk mengamati lebih baik barisan kepala yang tengah berkonsentrasi tersebut, namun Ray tetap saja tak terlihat, entah kemana.
Reya mengernyit, "Kebiasaan tuh manusia!" dengus Reya kesal.
Reya kemudian berbalik, mengenyahkan penasaran terhadap Ray dengan menggeleng pelan, lalu kembali berkonsentrasi pada papan putih yang sebagian coretannya telah menghilang, dihapus beberapa saat lalu.
--