Beberapa gadis terlihat disana, berkerumum didepan kelas. Reya tahu mereka para junior Ray, mungkin mencari Ray atau kebetulan berada disana entahlah, Reya tak peduli. Reya akan memasuki kelas saat gerombolan itu menoleh seakan menyadari kemunculannya, lalu mereka bergerak pada arah sama dengan Reya, sedikit berdesakan seakan menghalangi Reya. Reya yang kesal mengernyit, namun gerombolan itu, yang tak jelas kenapa, juga menatap kesal.
"Apasih para fans ini," Reya membatin.
Reya menghela nafas, gerombolan itu tak juga bergeming.
"Kalo kalian ada keperluan, panggil orangnya. Rame-rame disini, ngalangin jalan," Reya membentak.
Sama seperti sebelumnya, seperti kemaren saat Reya di perpustakaan, gerombolan itu tak mengacuhkannya, mereka diam dengan tatapan tak suka. Beberapa mendesah tak sopan, seakan Reya-lah yang menghalangi mereka. Mereka mengangkat kepala dengan sombong, kemudian salah seorang mendesis kesal, membuka mulut, nampak akan membalas Reya, namun belum sempat berkata apa-apa...
"Kak Ray...!" salah seorang yang paling pendek melirik ke kanan, berseru lirih sembari menyolek gadis disampingnya.
Reya menoleh pada Ray yang sudah berdiri di kanannya dengan wajah serius. Reya beralih, menoleh pada keruman para gadis yang telah memasang wajah manis. Reya menghela nafas, bingung seakan terjebak dijalan buntu, ingin pergi dari sana namun Reya tak dapat mundur karena Ray disampingnya, Reya juga tak dapat memasuki kelas karena gerombolan itu masih disana.
Reya masih menoleh heran dengan kemunculan Ray saat... "Kalian ngak ngerti 5s?" Ray berujar dingin, sangat berbeda dengan dia yang biasanya berwajah ramah dan berujar dengan santai. Tak ayal hal ini membuat senyum dan wajah ramah para gadis itu lenyap.
"Kalian ngerasa paling senior disini?" lanjut Ray ditanggapi keheningan mereka.
"Dikasih tau malah ngelunjak," Ray lanjut kesal, sementara gerombolan itu diam seakan menyadari sebab kekesalan Ray.
"Udah, udah...," potong Ray saat salah seorang hendak membuka mulut, Ray tampak tak suka dengan segala alasan pembelaan diri yang akan segera meluap dari para juniornya itu.
"Gue hapus aja kalian dari panitia, sekalian jadi daftar hitam lembaga," keputusan Ray bulat.
"Yaaah...," para gadis itu terkejut, menyadari dampak buruk jangka panjang yang mereka hadapi.
Mereka saling menoleh seakan saling menunjuk, lalu... "Jangan gitu dong kak. Entar kita kena marah sama senior yg lain," mereka berujar kompak.
Ray mendelik kesal, menimbang-nimbang beberapa saat... "Minta maaf."
Para gadis itu saling menoleh lalu berpaling pada Reya, "Hhh... maafin kita udah ngak sopan ke kakak," berujar menyesal dan menunduk.
Reya mengangguk-angguk sementara Ray tetap berwajah dingin, kesal. Gadis yang paling pendek menyolek temannya, membuat mereka semua kembali berpandangan lalu melangkah pergi dengan buru-buru.
--
Ray tengah menuruni anak tangga seusai urusan kecilnya dilembaga saat Reya melintas, menyusuri koridor tengah gedung yang luas itu. Dengan penasarannya akan kemaren, Ray mengikuti Reya. Membiarkan langkahnya berada cukup jauh dari Reya. Menyusuri koridor lalu berbelok ke kiri pada koridor lain yang membatasi ruang-ruang kelas. Hingga kemudian langkah Reya terhenti, turut membuat langkah Ray terhenti. Ray mengedarkan pandangan, menoleh dengan seksama. Di sana, para junior lembaga Ray berkerumun. Entah mengapa, mereka menatap tak suka...