Nona Barshop

CeritaAin.
Chapter #3

Nona Barshop #3

Apa?!

Kerja? Menikah? 

Angel masih mencerna perkataan papinya di detik ini. Matanya mengerjap bingung dengan sudut bibir naik ke atas. Angel lantas menahan tawa. "Papi bercanda, kan?" 

Guntoro menggeleng lemah. Pria tua yang bertubuh kurus itu sedikit membungkuk seraya menatap Angel dengan tajam; membuktikan bahwa ia tak bercanda saat ini. "Umur kamu sudah 28 tahun, Angel. Semenjak lulus kuliah kamu tidak pernah mencoba untuk bekerja." 

Angel terkekeh geli seraya menyilangkan kaki. "Oh, Papi. Uang yang Papi berikan kepada Angel melebihi gaji karyawan kantoran. Untuk apa Angel kerja? Sia-sia dong uang Angel." 

Guntoro sampai menggigit bibirnya mendengar balasan putri semata wayangnya. Ia menahan rasa kesal, kecewa serta penyesalan teramat dalam sebab merasa keliru dalam mendidik Angel. "Ini salah papi karena sudah memanjakanmu sejak dulu." 

Heni yang mendengar ide konyol itu ikut berkomentar. "Pi, jangan memaksakan kehendak Papi pada Angel dong. Angel tidak perlu bekerja atau pun menikah, dia sudah hidup berkecukupan." 

"Ini, nih. Kamu selalu membela Angel dan terus memanjakannya!" Guntoro sampai mengeraskan suaranya. 

Heni yang tak terima lantas menghadap sepenuhnya ke arah suaminya itu. "Ya, jelas dong. Angel itu putri kita dan selama ini uang yang Papi hasilkan itu karena perusahaan dari keluarga mami! Papi menikahi mami juga nggak bawah apa-apa, kan." 

Guntoro semakin mengepalkan tangan begitu erat hingga buku jemarinya memutih. Selalu begini, sedari dulu ia direndahkan hanya karena ia miskin. Guntoro menikahi Heni hanya karena ayah mertuanya yang memaksa. Bahkan saat ini, gigi Guntoro bergemelatuk menahan amarahnya sebab harga dirinya sudah diinjak. 

"Sadar diri dong, Pi! Kalau Papi nggak menikahi mami, Papi juga gak bisa hidup berkecukupan seperti ini!" 

"Cukup!" Angel segera menyahut keras seraya berdiri. Ia pun menghela napas kasar sambil menatap kedua orang tuanya secara bergantian. "Angel pergi ke kamar, aja!" 

Angel menghentakkan kaki lantas pergi dari ruang tamu yang membuatnya muak. Hubungan kedua orang tuanya memang tidak begitu romantis, mungkin karena mereka berdua menikah hanya karena dijodohkan. Entahlah, ia terlalu pusing jika menyangkut orang tuanya.

Angel pun melempar tubuhnya sendiri di atas ranjang besar setelah memasuki kamarnya yang didesain serba warna pink itu.

"Selalu marahan! Selalu gini, selalu gitu sejak dulu," gumam Angel yang merasa sakit hati jika melihat kedua orang tuanya tak akur. 

Wanita itu memandang langit-langit kamarnya seraya mengerucutkan bibir. Moodnya sudah berantakan gara-gara kejadian ini. Tiba-tiba ponselnya bergetar di saku celana Angel. Ia segera mengambil dan mengangangkatnya ketika melihat nama yang tertera. "Iya, Am." 

Suara Angel yang terdengar bete membuat Ami bertanya di seberang telepon sana. "Lo kenapa?" 

Angel menghela napas. "Nggak papa. Lo kenapa telepon?" 

"Oh, gue cuma mau bilang. Paper bag lo yang dari Paris ada di mobil lo."

Angel memutar bola mata. "Itu buat kalian berdua." 

"Wah! Serius! Itu buat gue sama Lusi?" 

Lihat selengkapnya