Nona Yang Ingin Ditemukan & Tuan Yang Lelah Mencari

Talu Bumi
Chapter #1

Manusia Ganjil Genap

Tanggal Ganjil. Kota Jakarta. Jalanan sepi, hanya kendaraan berplat ganjil yang lewat. Tak akan ada nomer berplat genap yang berani coba-coba. Fase coba-coba dan kekonyolan telah lewat masanya. Pandemi ini ternyata terlalu kuat buat diremehkan. Orang-orang jaga jarak tanpa perlu ada yang mengawasi. Karena mereka tahu, fatal akibatnya kalau mereka menerabas segala protokol kesehatan yang telah ditetapkan. Orang-orang terbiasa membawa cairan pencuci tangan serta memakai masker. Masker jadi bagian dari kebutuhan, bukan lagi fashion. Ya, awal pandemi, masker seakan jadi bagian dari fashion. Rumah mode hingga clothing line online, berlomba-lomba untuk menawarkan masker berbagai rupa. Ada yang bermotif lucu, bermanik-manik, hingga fotocopy-an wajah penggunanya. Segala rupa promosi sekaligus donasi diberlakukan. Tapi fase itu telah lewat. Kini masker adalah kebutuhan juga keharusan. Seperti baju dan celana atau rok. Mereka yang setengah telanjang akan dianggap gila. Tapi mereka yang tidak memakai masker di area publik tidak sekedar dianggap gila, tapi melakukan tindakan kejahatan. Ancamannya penjara. Karena dianggap mengancam keselamatan orang lain.

Pandemi ini telah berjalan lebih lama dari yang diingat orang. Ia “memakan” dua puluh persen dari populasi dunia. Mungkin ini cara alam bekerja, mengurangi populasi manusia. Delapan puluh persen sisanya, berada dalam keadaan was-was. Vaksin tak kunjung ditemukan. Demikian juga dengan obat. Kini hidup seperti istilah “hukum rimba”. Siapa yang kuat, ia yang akan bertahan. Para ahli kesehatan berlomba-lomba mencoba menemukan vaksin, tetapi selalu gagal. Virus itu telah beradaptasi dengan baik, sekaligus berkembang dan bermutasi. Orang-orang terbiasa menyebutnya dengan Virus X. X seperti silang, simbol salah. X seperti files yang tidak terselesaikan. X seperti faktor yang tidak teridentifikasikan.

Tatanan dunia runtuh. Berita mengabarkan pemakjulan Kepala Negara di Negara A. Kudeta di Negara B. Sementara ada Negara berbatasan yang saling serang. Entah apa yang ada di pikiran mereka. Berita politik ditunggu, layaknya berita tentang kesehatan. Karena orang-orang tersadar, pada akhirnya mereka tidak bisa terlepas dari politik. Politik penentu kebijakan negara akan berimbas pada kehidupan manusia-manusia yang bernaung di dalamnya. Suka atau tidak suka. Kehidupan sosial telah lama terganggu. Orang-orang terbiasa “berkumpul” lewat layar datar; laptop, ponsel, pc. Karena terjadi pembatasan untuk bertemu secara langsung.  Entah sampai kapan. Orang-orang merasa lelah. Tapi lelah jadi hal yang patut disyukuri, dibanding terkena paparan virus dan berujung pada ajal.

Lihat selengkapnya