Nyala merasa amat beruntung mendapat kamar yang kini ditempatinya. Kamar itu sepertinya paling luas di kosan itu. Nyala hanya menduga, karena ia tidak pernah berkunjung ke kamar-kamar lainnya. Ia hanya mengukur dari panjang dinding kamarnya, dibanding dinding bagian luar kamar yang lain. Di kamar itu, terdapat sebuah jendela yang mengarah ke luar rumah, memperlihatkan pemandangan kota Jakarta. Bukan pemandangan gedung bertingkat. Tapi sebuah got besar yang berbatasan dengan tembok, yang disebaliknya berupa perkampungan.
Teman kerja Nyala, Titu, pernah main ke kamar itu dan tidak habis pikir; bagaimana Nyala mau menempati kamar itu. Alasannya got besar yang bau dan polusi suara orang-orang kampung. Nyala menjawab kalau Titu mengada-ngada. Pertama, got itu tidak bau. Kedua, polusi suara akan teredam kalau Nyala menutup jendela kamarnya. Titu berhenti protes akan kondisi kamar Nyala. Karena Nyala bisa sangat ceriwis, kalau merasa pendapatnya benar. Satu hal yang tidak masuk perhitungan Titu; Nyala penuh dengan imajinasi. Nyala kadang merasa ia tinggal di kastil. Pemandangan di luar adalah hutan yang ramai dengan para penghuninya yang kasat dan tidak kasat mata.
Nyala sadar, saat ini ia tidak punya kemampuan untuk bepergian jauh. Ia lebih memilih menyisihkan uangnya untuk ditabung. Tapi Nyala punya rencana, 2021 ia akan bepergian yang cukup jauh. Ke India. Saat ini yang bisa ia lakukan adalah menulis kisah-kisah yang di luar jangkauannya, tetapi dalam imajinasi, ia bisa tembus kemana pun ia mau. Maka Nyala menulis kisah romantis di kebun anggur yang tersembunyi di Paris, seseorang yang tersesat di belantara kota Tokyo, pencuri koin di kolam air mancur Trevi Fountain, seorang penyuka party yang “dibuang” ke Ubud, pencinta Kakaban dan tarian ubur-ubur jatuh cinta pada lelaki yang tidak bisa berenang. Semua kisah itu beserta puluhan kisah lainnya, ia tulis di blognya; Imaji Nyala. Nyala tidak memperkenalkan kata Nyala di blognya sebagai namanya. Tetapi nama blog itu berarti imaji yang menyala-nyala.
Banyak yang berkomentar tentang cerpen-cerpennya di kolom comment. Sebagian bertanya; sudah pernah ke sana kak? Nyala akan menjawab; belum. Lalu lanjut dengan keterangan kalau ia tinggal di sebuah kotak berukuran 4x4 yang dapat membawanya kemana saja. Mereka yang bertanya 4x4 itu maksudnya apa, bisa dipastikan tidak punya cukup imajinasi. Karena imajinasi bisa lahir dari ruang paling sempit sekali pun.
Satu kekurangan Nyala, karena ia tidak pernah bepergian jauh, maka ia tidak punya stock foto. Blog akan terasa sepi, bila tidak diberi tambahan foto-foto untuk memperkuat kontennya. Maka Nyala selalu menampilkan foto yang ia ambil dari beberapa social media orang, yang tentunya atas seijin pemiliknya. Setiap foto yang ia tampilkan akan ia beri keterangan foto @pemilikfoto. Nyala mengambil beberapa foto dari IG seseorang bernama Rudi Anugerah. Rudi mempersilahkan Nyala mengambil fotonya asal mencantumkan darimana foto itu berasal. Nyala merasa sreg dengan foto-foto Rudi. Nyala tidak punya kemampuan buat menilai sebuah foto. Hanya saja ia merasa, foto jepretan Rudi selalu “berbicara”.
Nyala tidak pernah pergi kemana-mana. Tetapi ia punya cerita sepenjuru dunia.