Kaf tengah tiduran telungkup, saat ada sesuatu menimpa punggungnya. Kaf berbalik badan. Sesuatu yang mendudukinya itu terguling. Tatal. Ponakannya yang berusia tiga tahun. Ibu Tatal, kakak ipar Kaf, Nur yang meletakkan Tatal di punggungnya malah tertawa.
“Ah apaan sih Kak.”
“Titip Tatal. Kakak mau masak.”
Nur meninggalkan kamar. Kaf segera memeluk Tatal, agar ikutan tidur. Tatal berontak. Bocah yang aslinya bernama Fajar itu tak bisa menyebutkan namanya sendiri. Yang keluar dari mulutnya malah kata Tatal. Maka orang satu rumah memanggilnya Tatal.
Papa Tatal, kakak Kaf, Alif Perdana, menikah muda. Tapi baru setelah 8 tahun pernikahan, lahirlah Tatal. Tatal adalah bayi yang ditunggu banyak orang. Dari pihak keluarga Nur, Tatal cucu pertama. Demikian juga dari pihak keluarga Alif. Alif bekerja di kilang pengeboran minyak. Kadang dua minggu sekali ia balik ke rumah. Kadang sebulan. Hingga Tatal lebih sering bertemu Kaf. Mungkin bagi Tatal, Kaf adalah “ayah kedua”.
“Ngapain sih Tal, bobok yuk.”
“Main O om. Yuk.”
“Main apa? Udaaah bobok. Di luar panas.”
“Yuk..o om..” Tatal menarik tangan Kaf. Kaf dengan muka mengantuk terpaksa mengikuti Tatal keluar kamar.
Di teras samping Mamah Dar, Mama Kaf, tengah berjemur sambil duduk sampai ketiduran. Tatal berlari ke arahnya. Kaf berhenti, bersiap masuk lagi ke dalam rumah.
“Udah sama Oma aja ya Tal.”
Mamah terbangun mendengar suara Kaf.
“Enggak sini O om nya…”
Tatal berlari ke halaman dan mengambil bola, lalu menendangnya ke arah Kaf. Bola itu menggelinding hingga dekat ke kaki Kaf. Kaf terpaksa melayani Tatal yang mengajaknya bermain bola.
Lima belas menit kemudian Kaf sudah terkapar di lantai teras. Mamah memandangnya sebal.
“Masuk angin nanti. Kaf!”