Nona Yang Ingin Ditemukan & Tuan Yang Lelah Mencari

Talu Bumi
Chapter #17

Nyala Drupadi

Katanya, cinta pertama anak perempuan adalah pada ayahnya. Hal itu berlaku pada Nyala. Nyala anak kesayangan Bapak. Setiap Minggu sore, Bapak akan mengajak Nyala keliling kompleks, dengan sepeda motornya. Nyala akan duduk di ujung jok tepat di depan Bapak. Angin yang berkesiur membuat Nyala kecil tertawa girang. Kadang Bapak melarikan motor sedemikian kencang, hingga kulit muka seakan luber ke belakang terterpa angin. Sehabis itu, Bapak akan mengajak duduk di dekat lintasan kereta api. Bapak pernah berkata, suatu hari nanti, kalau sudah besar, kereta akan membawa Nyala pergi darinya. Bapak akan sendirian. Tapi Bapak tidak apa-apa. Walau berkata tidak apa-apa, mata Bapak berkaca-kaca. Nyala lalu memeluk Bapaknya dan berjanji ia tidak akan pergi kemana-mana. Nyala akan terus menemani Bapak sampai tua.

Saat mulai remaja, Bapak masih suka mengajak Nyala keliling dengan motornya. Tapi posisi Nyala pindah duduk di belakang Bapak. Nyala suka protes karena ia hanya kebagian sisa angin, karena Bapak yang panen angin. Bapak akan tergelak. Bapak berjanji kalau usia 17 tahun nanti, Nyala akan naik motor sendiri. Nyala tidak mau, ia maunya boncengan dengan Bapak. Bapak menjawab, ia akan duduk di belakang Nyala. Nyala tak bisa membayangkan, Bapak yang tinggi besar duduk di belakangnya. Motor akan keberatan beban di belakang! Nyala memutuskan ia tidak akan belajar naik motor, agar selalu diantar Bapak kemana-mana.

Kadang Bapak mengajak Nyala ke tempat Bapak dan teman-temannya berlatih bulu tangkis. Nyala akrab dengan teman-teman Bapak. Seakan Nyala juga putri mereka. Sampai suatu hari, Bapak tidak mengijinkan Nyala ikut Bapak ke tempat Bapak bermain bulu tangkis. Nyala merengek, menangis, tapi Bapak tidak peduli. Bapak tetap pergi. Ibuk yang kerepotan menenangkan Nyala agar berhenti menangis. Bertahun-tahun Nyala bertanya-tanya mengapa Bapak melarangnya ikut ke tempat Bapak latihan bulu tangkis. Sampai suatu saat Ibuk bercerita. Ada satu teman Bapak yang sangat perhatian pada Nyala. Tadinya Bapak berpikir itu hal yang wajar. Apalagi temannya punya anak perempuan seusia Nyala. Tapi ternyata teman Bapak punya maksud lain. Suatu hari, Bapak memergoki temannya tengah menatap dada Nyala dengan muka birahi. Bapak langsung mengajak Nyala pulang. Bapak lalu kembali ke tempat latihan bulu tangkis dan menghajar temannya itu habis-habisan.

Sosok Bapak sangatlah menonjol, secara fisik. Tinggi besar dengan wajah tampan dan amat flamboyan. Banyak orang yang beranggapan Ibuk beruntung bisa dinikahi Bapak. Ibuk yang bertubuh kecil, berwajah manis, kurang serasi dengan Bapak. Tapi Bapak tetap memilih Ibuk. Bapak pernah bercerita pada Nyala, kalau banyak perempuan yang suka padanya. Bapak biasa bercerita menyombongkan diri seperti ini, Ibu yang mendengarnya tidak protes, malah tertawa. Bapak punya alasan kenapa ia memilih Ibuk. Ibuk orang yang paling intens memberi perhatian pada Bapak dengan tulus. Tanpa sadar, Nyala melakukan hal yang sama, seperti Ibuk, saat jatuh hati pada Dion. Saat besar, Nyala akhirnya tahu. Bukan itu alasan Bapak memilih Ibuk.

Bapak sosok yang dominan. Ia amat memanjakan Nyala. Tapi ia cukup keras pada kakak Nyala satu-satunya, Redam. Menurut Bapak, laki-laki harus kuat. Karena ia yang akan jadi kepala keluarga. Ibu pernah protes, karena menganggap Bapak terlalu keras pada Redam dan terlalu memanjakan Nyala. Bagaimana kalau saat besar, Nyala tidak mendapatkan pria seperti Bapaknya, yang selalu memperlakukannya seperti putri. Bapak menjawab, kalau ada yang mendekati Nyala dan tidak memperlakukannya seperti putri, akan ia usir orang itu dari teras rumahnya.

Karena Bapak amat dominan, Nyala menduga Bapak yang memberi nama anak-anaknya. Nyala baru tahu kalau Ibuk yang memberikan nama Nyala padanya, dua hari menjelang Ibuk meninggal. Memang benar, Bapak lah yang memberi nama Redam. Redam Parikesit. Bapak penyuka wayang. Jadi ia mengambil nama Parikesit, cucu dari Arjuna, anak dari Abimanyu. Parikesit pewaris tahta Hastinapura. Nama Redam dipilih Bapak, agar kelak Redam bisa meredam nafsunya dari tahta, harta dan wanita. Redam Parikesit berarti seseorang yang berjaya tetapi dapat mengendalikan segala nafsunya. Bapak ingin anak lelakinya jadi seseorang, dan tidak punya kelemahan seperti dirinya. Lemah terhadap perempuan.

Saat Ibuk mengandung Nyala. Ibuk telah mengajukan syarat ke Bapak. Kalau ia punya anak perempuan, ia yang akan memberinya nama. Bapak setuju. Lalu lahirlah Nyala. Ibuk memberikan nama Nyala, karena ia ingin Nyala menyala. Perempuan bersemangat yang penuh dengan energi yang menyala. Ibu memilih nama wayang juga untuk kata keduanya, agar senada dengan nama Parikesit. Drupadi menurut Ibu adalah perempuan paling kuat dalam kisah Mahabarata. Tadinya Ibuk berpikir akan memberi nama Sumbadra, adik Kresna, sekaligus istri Arjuna yang paling lembut dan cantik. Ibuk berubah pikiran. Ibuk ingin Nyala kuat. Perempuan yang tahu apa yang ia inginkan. Seperti Drupadi yang bisa membuat Bima, adik iparnya, berjanji akan memenggal kepala Dursasana, lelaki yang menelanjanginya dalam perjudian. Walau akhirnya Ibuk baru tahu, kalau dalam kisah Mahabarata versi India, Drupadi poliandri. Ia menikah dengan Pandawa Lima.

Bapak memberi nama Redam Parikesit, karena tidak ingin anaknya seperti dirinya. Bisa meredam nafsu birahi. Ibuk memberi nama Nyala Drupadi, karena tidak ingin Nyala lemah seperti dirinya. Perempuan yang selalu mengalah pada suaminya, perempuan yang tidak tahu apa yang ia mau. Saat Ibuk tahu apa yang ia mau, semuanya sudah terlambat.

Lihat selengkapnya