Kaf anak kedua dari dua bersaudara. Kakaknya, Alif Perdana lebih tua dua tahun darinya. Kaf dan Alif tumbuh dengan sehat. Papah mereka cukup religius hingga menamakan dua anaknya dengan huruf hijaiyah. Kedua anak lelaki itu memiliki karakter yang berbeda. Alif tenang dan tekun cenderung penurut. Ia amat strict dengan aturan-aturan. Apa yang dilarang, tidak akan dilanggar. Apa yang diwajibkan, akan dijalani. Demikian pula, dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan agama yang dianutnya. Kaf tipikal pemberontak. Bukan berarti ia memberontak dan melawan segala yang sifatnya peraturan. Tapi ia banyak mempertanyakan dan kadang melanggar. Papah mengibaratkan Alif kerbau petani yang kuat dan penurut. Kaf adalah kuda liar yang susah dikendalikan. Walau suatu hari, mungkin ia bisa menjadi kuda tunggangan yang jinak.
Alif berpacaran hanya dua kali. Pacar pertamanya adalah cinta monyetnya. Mereka berpacaran saat SMA. Lepas SMA, pacar Alif memutuskannya. Alif tidak berpacaran selama kuliah. Awal kerja, ia berkenalan dengan Nur dan langsung menikah. Kaf dekat dengan banyak perempuan. Sebagian besar, dijalani tanpa hubungan. Tanpa pernyataan. Tanpa tanggal jadian. Tapi perilakunya seperti orang pacaran. Teman-teman yang kenal Kaf, akan heran kenapa Kaf belum juga menikah di pertengahan tiga puluhan. Kaf bukan playboy. Karena ia tidak pernah menduakan. Hanya saja, perputaran teman perempuannya bergerak cepat.
Satu hal yang banyak orang tidak paham, Kaf sebenarnya sulit jatuh cinta. Segala hubungan tanpa statusnya itu, justru karena ia sulit jatuh cinta. Ia pernah benar-benar jatuh cinta pada seseorang bernama Ratri. Tapi hubungannya kandas. Selama fase itu, Kaf jalan dengan banyak perempuan. Tapi tidak ada satu pun yang dipacarinya. Kaf takut saat berpacaran tiba-tiba Ratri putus dengan pacarnya, dan ia dalam status berpacaran dengan perempuan lain. Satu hal yang orang banyak tidak tahu, Kaf tidak mau menyakiti perempuan. Ia tidak mau memutuskan perempuan yang sedang dipacarinya, untuk kembali ke pelukan Ratri.
Fase berikutnya, Kaf pernah amat jatuh cinta pada perempuan bernama Puteri. Ia amat berharap, Puteri adalah orangnya. Tapi karakter keduanya sama-sama keras. Seperti menumbukkan dua karang. Tak ada yang mau berubah menjadi laut, yang menampar karang, semacam ciuman menenangkan. Kaf benar-benar patah saat berpisah dengannya. Tapi Kaf bukanlah tipikal pengintip. Semenjak berpisah dengan Puteri yang menikah dengan orang lain, Kaf sama sekali tidak mau tahu tentang dirinya. Tak sekalipun ia mengintai sosial media Puteri atau menanyakan kabarnya pada teman yang masih berhubungan dengannya. Baginya, selesai adalah titik. Bukan koma.
Fase berikutnya seseorang bernama Nesha. Hubungannya dengan Nesha seperti kuil dengan burung. Kaf adalah burung dan Nesha adalah kuil. Kuil selalu menguapkan aroma dupa, daun kering dan sisa hujan. Kuil mengundang burung datang ke pelataran, memunguti biji-bijian yang berserakan. Tapi kuil tidak pernah mengijinkan burung tinggal di dalamnya. Burung hanya boleh bertandang. Seperti memelihara perasaan sayang, tapi tidak ingin bersentuhan. Bertahun-tahun Kaf jatuh cinta dan bertahan. Sampai akhirnya Kaf memutuskan pergi.