Nona Yang Ingin Ditemukan & Tuan Yang Lelah Mencari

Talu Bumi
Chapter #21

Virtual Fake-action

Virtual Fake-action Kaf dan Payau banyak diminati. Karena ada spot-spot yang tidak ada di virtual travelling sejenis. Payau paling jago mencari spot. Sehingga walau pun tempat lain menawarkan lokasi wisata yang sama, tapi Virtual Fake-action selalu punya sudut yang berbeda. Semisal, orang beramai-ramai ke Punthuk Setumbu untuk melihat Borobudur dengan latar belakang matahari terbit. Payau punya spot yang lain untuk mengabadikan keindahan Borobudur di saat matahari terbit. Lokasi-lokasi tersembunyi inilah yang membuat virtual travelling mereka punya penggemar setia. Hal yang membedakan lainnya, para pengunjung bisa ditemani pemandu yang terwakilkan dengan 4 Avatar. Tangar, Tarung, Talun dan Taji.  Tentunya dengan memakai jasa pemandu akan dikenakan biaya tambahan. Kaf dan Payau bersyukur setelah masa paceklik menahun, kini mereka berdua dapat kembali berpenghasilan bahkan merekrut dua pegawai, Kembara dan Elmo.

Kaf merenovasi sebuah ruangan yang letaknya terpisah dengan rumah induk menjadi kantor. Ruangan itu tadinya ruangan cukup besar yang berubah fungsi jadi gudang tambahahan, karena gudang yang terletak di sebelahnya, tidak menampung barang-barang. Kaf membuang barang-barang yang tidak dibutuhkan lagi, dan meringkas barang-barang yang tersisa di gudang. Hingga ruangan cukup besar itu bisa dialih fungsikan sebagai kantor.  Sebenarnya mereka tidak benar-benar membutuhkan kantor. Toh, mereka berempat yang mewakili masing-masing avatar bisa bekerja di rumah masing-masing. Tapi kantor Virtual Fake-action punya suasana yang menyenangkan. Di depan pc terdapat karpet dengan bantal-bantal dan bean bag. Ada sofa yang bisa dipakai untuk tidur. Peralatan game disediakan dan hanya boleh dipergunakan kalau tak ada tamu virtual yang minta ditemani.

Ada aturan jam  penggunaan pc untuk bermain game. Jam 12 malam. Lewat jam itu, game tidak bisa diakses. Entah apa yang dipasang Payau di pc hingga ia tidak perlu repot-repot mengecek secara langsung Kembara dan Elmo. Kaf dan Payau yang jauh lebih matang paham benar, kalau bisnis tidak bisa dibuat main-main. Mereka berdua tidak mau, saat ada tamu yang memilih avatar Talun dan Taji, namun Elmo dan Kembara tidak bisa menemani. Karena ketiduran sehabis begadang bermain games semalaman!

Karena avatar mereka lelaki, pada umumnya pengunjung yang minta ditemani adalah perempuan. Kaf dan Payau memberi peringatan keras, dilarang flirting pada pengunjung. Mereka tidak mau, Virtual Fake-action kena laporan pelecehan oleh pengunjung. Para avatar harus profesional. Jangan genit. Jangan main perasaan. Sejauh ini tidak ada dari mereka yang melanggar aturan itu. Hidup saat pandemi cukup sulit, mendapatkan pekerjaan adalah hal istimewa. Kembara dan Elmo tidak mau bertaruh demi apapun untuk pekerjaan mereka.

Kadang godaan datang dari pengunjung. Ada pengunjung yang telah memilih jalan-jalan ke Santorini. Ia lalu lanjut memesan wisata malam ke Times Square New York. Padahal jam telah lewat dari jam kerja. Elmo yang dipilih sebagai pemandu menolaknya. Pengunjung ngotot, kalau di virtual travelling lain, ia bisa mengakses 24 jam! Lagipula ia pelanggan setia. Elmo terpaksa mengiyakan, lanjut ke wisata berikutnya. Di tengah keramaian virtual kota New York, perempuan pengunjung itu bicara yang menjurus sensual. Elmo berusaha mengingatkan, tapi kalimat yang keluar semakin vulgar. Elmo memutuskan “keluar” dari virtual. Elmo mencabut kacamata VR dan mencabut kabel penghubungnya.

Elmo yang malam itu menginap di kantor, terkejut karena lima menit kemudian Kaf mendatangi kantor.

“El, kau gak bisa seenaknya, meninggalkan tamu di New York.”

“Dia cuma perlu buka kacamata VR, cabut kabel, keluar dari New York! Memangnya dia harus melewati migrasi? Ini cuma virtual, Bos.”

“Bukan itu konteksnya, kita harus melayani tamu dengan baik.”

“Oh ya, bagaimana kalau tamu itu bicara vulgar?”

“Kita tetap harus bersikap sopan.”

“Walau dia  mengajak making love di tengah Times Square?”

Kaf terdiam.

“Kalau kau menyuruh aku melakukan itu, ini sama saja dengan prostitusi virtual.

“Oke. Akan aku urus. Akan aku blok orang itu,” ucap Kaf lalu balik badan menuju pintu keluar.

“Aku gak bisa nuntut? Kalau ada tamu yang melecehkan? Lelaki juga bisa dilecehkan Bos!”

“Tidur kau, El. Awas kalau kau lanjut main game,” ucap Kaf seolah tak peduli keberatan Elmo. Elmo menghempaskan badannya ke sofa.  

&&&

Sudah beberapa hari Nyala tidak merespon Dion. Hari ini tanggal genap, ia punya waktu seharian di kosan. Nyala rindu menulis tapi kehilangan mood. Ia mengecek situs jalan-jalan hingga sampai ke virtual travelling. Nyala mengecek situs virtual travelling mana saja yang mendapat review terbaik. Salah satunya, Virtual Fake-action. Yang membedakan, VF punya spot-spot tidak lazim, walau tidak di semua tempat wisata. Dan hanya VF yang mempunyai avatar sebagai pemandu. Nyala pun mengintip VF, tanpa harus login. Ada 4 avatar. Dada Nyala berdegup kencang, karena ada nama Tarung, di antara tiga nama lainnya. Apakah Tarung adalah Kaf? Nyala mengenyahkan kemungkinan itu. Tarung, Tangar, Talun, Taji. Pemilik VF tentu sengaja membuat 4 karakter dengan awalan suku kata Ta, untuk memudahkan. Tak ada kaitannya dengan Tarung di “satuhati”. Tapi Nyala membantahnya sendiri. Kalau ada variabel jalan-jalan dan nama Tarung, sudah bisa dipastikan ini Kaf. Tidak mungkin kebetulan. Virtual travelling pasti bisnis baru Kaf, mengingat tour and travel sedang mati suri. Tapi Nyala tetap penasaran. ntinya ia ingin tahu apakah Tarung di VF adalah Tarung “satuhati” alias Kaf. Tapi Nyala tidak berani ambil resiko, kalau mendaftar memakai nama dan data aslinya.

Nyala pun mengontak Titu. Ia minta data dan foto Titu, serta memintanya untuk melakukan pembayaran transfer secara daring atas rekening dengan nama Titu untuk pembayaran Virtual Fake-action.

“Kok aneh banget sih Nya?” tanya Titu di seberang telpon.

“Mau bantu gak? Pasti aku ganti.”

“Bukan masalah transfer ganti uangnya. Kalau mau bantu orang, harus jelaslah.”

Nyala menghela nafas. Di seberang telpon, Titu mendengar dengusan berat Nyala.

“Aku pernah cerita kan, tentang laki-laki yang memaki-maki aku di blog.”

“Ya. Terus kalian gak sengaja ketemu di jodoh online.”

“Aku menduga, dia punya bisnis baru. Semacam virtual jalan-jalan yang lagi hype sekarang.”

“Terus kamu mau stalking?”

Virtual itu, pakai avatar pemandu. Salah satu avatarnya memakai nama Tarung. Nama samaran yang sama ketika di biro jodoh “satuhati”…”

“Terus?”

“Aku ingin tahu saja. Apa avatar Tarung ini orang yang sama…”

“Duh. Ribet ya. Bilang saja kalau mau stalking..”

Lihat selengkapnya