Selama sebulan ke depan, Kaf akan tinggal di sebuah gedung. Gedung itu entah bekas kantor apa. Yang jelas telah disulap menjadi tempat tinggal orang-orang yang khusus melanggar peraturan Manusia Ganjil Genap. Kaf terkejut ternyata cukup banyak orang yang tinggal di situ, tentunya dengan berbagai alasan. Kaf ditempatkan di bangsal AL. Di dalamnya terdapat empat tempat tidur, yang letaknya di empat pojokan ruangan, beserta lemari kecil. Di tengah ruangan terdapat satu meja yang diberi sekat menjadi empat bagian. Masing-masing bagian terdapat 1 kursi. Kaf baru tahu, kalau di sini pun diberlakukan jaga jarak dan isolasi seperti ini.
Saat Kaf memasuki ruangan. Dua orang tengah tiduran di pojokannya masing-masing. Mereka hanya melihat selintas, lalu tak peduli. Petugas kasih kode agar Kaf menempati satu pojokan. Kaf menuju tempatnya sambil membawa barang-barangnya. Ia mendapat dua stel baju serta peralatan mandi dan kunci lemari. Kaf duduk di ranjangnya. Ia tidak habis pikir, hanya melanggar peraturan Manusia Ganjil Genap bisa seserius ini akibatnya. Dari pintu masuk ruangan, muncul seseorang, tampaknya habis mandi. Orang itu menuju pojokannya sambil melempar senyum ke Kaf.
“Shock, Bung?”
Kaf hanya nyengir. Tidak tahu harus membalas apa.
“Biasakan diri Anda. Hanya sebulan. Gak akan berasa. Sudah berapa tahun sebenarnya kita dipenjara karena pandemi ini.”
Orang itu menuju meja bersekat, lalu duduk, di bagian jatah kursinya.
“Sini Bung.”
Kaf melangkah mendekati meja, lalu duduk di kursi yang paling dekat dengan ranjangnya. Kursi jatahnya.
“Kaget ditempatkan di ruangan seperti ini? Anda merasa terpenjara? Padahal seperti saya bilang tadi, kita telah begitu lama dipenjara. Oh ya nama saya, Sel.”
“Kaf.”
“Oke Bung Kaf.”
“Saya hanya merasa hukuman ini berlebihan.”
“Ini untuk memberi efek jera.”
“Efek jera? Sebulan?” ujar Kaf sinis.
“Bung Kaf, pernah lihat data, saat peraturan Manusia Ganjil Genap diberlakukan dan sebelumnya? Efeknya cukup signifikan. Saat mulai diberlakukan peraturan itu, jumlah yang terpapar dan angka kematian menurun. Peredaran manusia di luar jadi terkontrol. Setidaknya yang beredar pada saat bersamaan, maksimal hanya 50% dari jumlah penduduk. Tapi ingat saat pandemi begini, orang malas keluar rumah. Berarti setiap hari malah yang beredar kurang dari 50% penduduk.”
Kaf terlihat masih tidak terima. Tiba-tiba salah satu penghuni ruangan, bangun dari ranjangnya, lalu membanting gelas kaleng ke lantai.
“Ahhh, banyak omong!”
Lelaki itu keluar ruangan. Sel hanya tersenyum melihat kelakuannya.
“Negara tak akan gegabah membuat peraturan. Hasilnya terlihat jelas. Maka untuk tetap menekan peredaran manusia, maka dibuat hukuman semacam ini. Sampai saatnya nanti, pandemi ini berlalu, entah kapan.”
Kaf terdiam. Yang ada di pikirannya hanya Nyala. Ia telah membuat Nyala menunggu dan kecewa.
&&&
Dua hari sejak pertemuan yang batal. Nyala tidak bercerita pada Debby tentang pertemuannya dengan Kaf yang berakhir gagal, tanpa tahu apa penyebabnya. Dalam situasi hati yang berantakan seperti ini, Nyala tidak ingin ada yang malah menyudutkannya. Di televisi, Nyala baru tahu kalau pada hari pertemuannya dengan Kaf, ada demo yang menuntut untuk melonggarkan peraturan Manusia Ganjil Genap. Demo itu agak tidak lazim. Karena yang berorasi pada tanggal ganjil adalah manusia ganjil. Esoknya demo dilakukan manusia genap. Nyala kuatir, Kaf terseret-seret dengan adanya demo itu. Beberapa orang ditahan. Tapi Nyala tidak menemukan nama Kaf, di antara nama-nama orang yang diamankan.
Nyala hanya punya nomer ponsel Kaf. Selebihnya gelap. Nyala mengirim dm ke akun media sosial Kaf, tidak ada respon. Yang paling mungkin dilakukan Nyala adalah masuk ke VF. Nyala pun menghubungi Titu. Dengan Titu, Nyala bercerita apa adanya. Titu pun membantu Nyala, masuk ke VF seperti biasa dengan data dan pembayaran atas nama Titu. Nyala memilih avatar Tarung. Ternyata avatar itu masih aktif! Nyala menahan geram, saat ia melihat avatar Tarung yang menatapnya sambil tersenyum, seolah tidak terjadi apa-apa.
“Kenapa kamu gak datang ke tempat yang telah kita sepakati?” tanya Nyala emosi.
Wajah Tarung tampak kebingungan.
“Kamu sengaja? Hah? Kamu sengaja membiarkan aku menunggu?!”