Dua bulan Kaf berada di ruang isolasi rumah sakit khusus untuk penanganan Virus X. Ia dinyatakan sehat dan diperbolehkan pulang ke rumah. Di rumah Mamah memeluknya sambil menangis. Payau, Elmo dan Kembara yang selama Kaf tidak ada, sengaja tinggal di situ untuk menjaga Mamah. Mereka kelihatan terharu melihat tubuh Kaf yang terlihat lebih kurus. Setelah haru birunya dengan Mamah selesai, Kaf ke kantornya. Kembara yang paling perasa, tampak mewek. Tapi Kaf tidak melayani adegan melodrama dengan Kembara. Ia langsung bertanya tentang VF. Tepatnya tentang nona bernama Titu.
“Kira-kira 3 bulan lalu, ia mendaftar, Bos. Begitu bertemu di virtual, ia langsung marah-marah. Maaf Bos, janjian ya sama dia?” ujar Elmo.
“Dia ngomong apa?”
“Lupa detilnya, pokoknya dia tidak terima Bos tidak datang,”
“Pay, bisa tolong kau cek, IG nya Nyala. Ponselku nomernya sudah tidak aktif,” pinta Kaf.
“Nyala?” tanya Payau heran.
“Titu itu Nyala, dia masuk dengan data temannya. Titu,” jelas Kaf.
“Pantas,” gerutu Payau.
“Nyala Drupadi,” lanjut Kaf.
Payau mengecek IG itu. Tidak ditemukan.
“Coba kau cek blognya. Imaji Nyala.”
Tidak ditemukan. Demikian juga dengan facebook atas nama Nyala Drupadi. Nyala seakan lenyap dari bumi.
“Arghhhh!!” Kaf teriak. Kembara dan Elmo tampak terkejut karena belum pernah melihat Kaf terlihat histeris seperti itu.
“Sabar Kaf, gak ada hal lain yang bisa aku cek? Nomer telponnya?”
“Yaya, nomer telponnya,” ucap Kaf seperti tersadar.
Kaf memperlihatkan nomer telpon Nyala. Payau memakai ponselnya untuk menghubungi nomer Nyala. Nomer tidak terdaftar.
“Sorry,” ucap Payau, “Gak ada yang lain, alamat rumah, kantor?”
“Aku janji ketemu sore itu, saat aku tertangkap. Aku sama sekali tidak tahu yang lain. Hanya nomer telponnya,” terang Kaf.
Payau mengecek komputernya, data pembayaran, hingga muncul nama Titu Widyasari.
“Bar, kau cek Titu Widyasari, kita lacak dari temannya Nyala,” perintah Payau.
Kembara langsung menulis nama Titu Widyasari di search google. Tak ada info yang muncul.
“Gak muncul apa-apa,” kata Kembara.
“Daftar ke bank, pakai nama sesuai KTP atau boleh pakai nama tidak sesuai KTP ya,” tanya Elmo.
“Hubungannya apa?” tanya Kembara.
“Itu nama Titu gak muncul di googling. Jaman sekarang, tidak masuk akal tidak main socmed,” urai Elmo.
“Atau justru ini nama asli. Di socmed, ia tidak memakai nama Titu Widyasari. Jadi tidak terlacak,” kata Payau, “Kita gak mungkin minta data nasabah ke bank yang bersangkutan. Kecuali kita punya orang dalam.”
Kaf tampak lunglai.
“Sorry Kaf,” ucap Payau.
&&&
Hidup terus berjalan. Kaf menemui jalan buntu. Sementara Nyala melanjutkan hidupnya. Ia membuat blog baru. Catatan Kecil. Isinya tentang banyak hal. Termasuk cerpen. Isinya bukan lagi tentang perjalanan. Tapi pertanyaan. Pertanyaan tentang hidup. Tentang cinta. Ternyata justru banyak yang tertarik dan merespon. Karena pertanyaan tentang hidup, juga cinta adalah sesuatu yang universal.
Awal 2025. Obat dan vaksin, sejalan ditemukan. Beberapa negara bekerjasama agar obat dan vaksin bisa diproduksi sccara masal dan murah. Rencananya obat dan vaksin akan beredar masal secara bertahap dan diharapkan selesai didistribusikan akhir 2025 atau paling lambat awal 2026. Setidaknya ada harapan besar di depan. Selama setahun ini protokol kesehatan tetap diberlakukan. Tapi harapan yang besar, membuat imun tubuh tanpa sadar menguat, jumlah penderita Virus X semakin sedikit angka kenaikannya.
Tak ada yang bisa membeli bahagia. Tapi bahagia tanpa sadar “membeli” kesehatan.
Pertengahan 2025. Kaf mendapat info, salah satu temannya bekerja di bank. Bank yang sama dengan kartu debet yang dipakai Titu untuk bertransaksi dengan VF. Kaf memohon pada temannya, untuk mendapatkan alamat Titu. Bukan hal yang etis. Tapi adakah etika, bila cinta sudah sedemikian menyala? Teman Kaf memberi data Titu. Kantor dan tempat tinggal. Kaf mengecek alamat rumah Titu, ternyata terhitung tidak terlalu jauh dari rumahnya. Maka Kaf mengeceknya terlebih dahulu. Titu sudah tidak tinggal di alamat itu. Kaf pun mendatangi alamat kantor Titu, klinik tempat Titu dan Nyala bekerja.
“Maaf Mas, apa benar Titu bekerja di sini?” tanya Kaf.
“Oh Mbak Titu. Sudah pindah Mas,” jawab Satpam.
“Kemana?”
“Waduh gak tahu saya.”
“Kalau…Nyala?”
“Mbak Nyala sudah gak kerja di sini Mas. Maaf Mas siapa?"
“Saya temannya…Nyala juga Titu.”
“Ooo. Sudah gak ada semua mereka.”
“Gak tahu juga, Nyala sekarang dimana?”
“Gak tahu Mas. Eh bentar Mas…”
Satpam berjalan mendekati mobil yang mau keluar parkiran. Kaf menatap klinik dengan pandangan kecewa.
&&&
Awal Desember 2025, Asti dan Aji mengundang teman-teman kosan Delima untuk datang ke rumahnya. Aqiqahan putra pertamanya. Nyala telah keluar dari kosan dan balik ke rumahnya. Rumah itu harus ada yang merawat, karena Redam pindah ke Bandung. Dua hari sebelum hari h, Ira sengaja menginap di rumah Nyala, untuk datang ke acara Asti. Ira telah menikah dengan duda 1 anak. Usia suami Ira 15 tahun lebih tua. Ira meledek Nyala yang konon dikejar banyak lelaki tetapi sampai sekarang masih sendiri. Mereka bertukar cerita, Nyala bercerita kalau ia sudah keluar dari tempat kerjanya selama bertahun-tahun. Ia ingin jadi penulis dan belum memutuskan apakah akan kerja kantoran lagi. Uang tabungannya selama ini, ia rasa cukup untuk mencukupi kebutuhan hariannya. Apalagi ia tidak keluar uang kosan, karena tinggal di rumah sendiri. Nyala juga berencana akan menyewakan satu kamar di rumahnya, khusus perempuan, sebagai temannya ngobrol.