NONE the red wol

Alpri prastuti
Chapter #1

Penemuan mayat.

Srek ... sreeek ....

Suara gesekan langkah kaki yang di seret membuat gema di sepanjang jalan aspal yang hanya memiliki satu penerang, Belum lagi kubangan air hujan yang tidak dapat di hindari dari langkahnya.

Napas yang tidak beraturan membuatnya semakin lelah berjalan, di tambah luka sayatan yang dalam pada betis juga pergelangan kaki kiri yang hampir mengenai saraf arteri, ia bersandar pada tembok rumah di gang sempit, menghela napas lega setelah memastikan orang yang mengejarnya tidak terlihat mengejarnya lagi.

Ia melihat luka pada kaki kanannya, sayatan dalam juga lebar di pergelangan kaki kanannya semakin lebar dan darah yang mengalir tidak berhenti, ia meringis kesakitan.

"Apa itu sakit?"

Ia menoleh ke arah asal suara dari gelapnya gang, tubuhnya bergetar serta matanya membelalak melihat seseorang telah jongkok di sampingnya, wajahnya yang tersirat sedikit cahaya lampu, membuatnya melihat senyum mengerikan dari orang itu.

Ia menggesekan benda seperti besi ke tembok, suaranya menusuk ke telinga hingga membuat ketakutan luar biasa, tertekan pada tenggorokan dan napasnya yang sulit ia rasakan.

"Ku mohon, jangan," katanya sembari menangis.

Namun, orang itu tertawa kecil dengan sangat mengerikan. menertawakan korbannya yang menangis ketakutan.

Dengan sigap tangannya menyumpal mulut si korban dengan paksa, ia memasukan terus tanpa peduli cengkraman tangan korban yang menarik lengan bajunya.

Perlawanan sia-sia, ia menarik tangan korbannya dan terus menjejal mulutnya, kaki yang meronta bahkan tubuhnya masih melawan kasarnya benda yang memenuhi kerongkongannya.

Tubuh itu mulai lemas terkulai, hanya sedikit napas tersisa.

"Khk ...."

Napas terakhir dari korbannya, membuat ia tertawa puas, kemudian menyeretnya ke dalam gelap gang tanpa ada satupun yang mendengar suara napasnya.

Seakan di tenggelam di malam hari, hanya meninggalkan kedinginan gang itu, tanpa suara apapun.


♧♧♧♧


06:30, 22 desember 2019

Pagi itu masih gelap setiap lampu dari jalan serta teras lampu-lampu rumah mewah, seorang nenek keluar dari gerbang kecil membawa sekeresek sampah.

Jalan aspal yang basah membuatnya berhati-hati dengan langkahnya, ketika ia memasukan sampah ke dalam tong besar berwarna hijau, matanya terbelalak serta menutup mulutnya yang ternganga dan berteriak keras.

"AAAA ...."

Ia mundur dari sana dan terduduk di aspal masih dengan raut wajah shock.

Beberapa warga yang mendengar teriakan berlarian keluar rumah, ia menunjuk dengan jarinya kearah box sampah besar berwarna hijau, seorang pria dengan baju olahraga memberanikan diri melihat apa yang ada di dalam sana.

"Akh, Aa ...." teriaknya juga tak kalah melengking dari sang nenek.

"Mayat, ada mayat manusia di sana," tuturnya dengan wajah panik.

*****


Suara getar ponsel membuat tidur Adora terganggu, dengan mata terpejam tangannya meraba diatas meja, ia mengerjapkan mata lalu menempelkan ponselnya di telinga.

"Ini hari libur ku setelah sekian tahun," teriaknya kesal, ia berdecak dan mengacak-ngacak rambutnya.

"Maaf, kapten, ini ...."

Adora bangkit dari kasur dengan cepat. Menjapit ponsel diantara telinga dan bahu, lalu berlari meraih jaket denim dan kunci mobilnya.

Lihat selengkapnya