NONE the red wol

Alpri prastuti
Chapter #2

Lukisan

"Kepolisian telah mengindetifikasi korban pembunuhan yang di temukan pagi kemarin, korban adalah seorang buruh proyek di pembangunan jalan tol merdeka.

Belum di ketahui pelaku pembunuhan, entah ini penyerangan secara random atau ada maksud tertentu. Kepolisian setempat masih melakukan investigasi."

Adora mematikan radio mobilnya dan melajukan mobilnya dengan cepat."Para media itu, bisa lebih cepat dari polisi. Ck,ck,ck," batinnya.

Kepolisian Distrik barat terlihat tenang dari luar gedung, beberapa petugas penjaga memberikan hormat kepada Adora yang memasuki gedung, ia memakai kartu id-nya lalu masuk ke ruang tim kekerasan dan kriminal.

"Bagaimana dengan laki-laki di video kemarin?" tanyanya pada anggota tim 3.

"Itu sudah terindetifikasi, kap," jawab Jefri mengusak rambutnya yang lepek. Ia menyerahkan berkas ke meja Adora.

"Okay, Elen. Apa kau bisa berikan salinan yang ku minta kemarin?"

Sersan Elen menghampirinya, "ya, tetapi 15 menit yang lalu, penyidik Yoseph, menuju TKP, " jelas sersan Elen.

"Siapa rekannya?"

"Dia ... memilih sendiri, karena saudara kembarnya berpatroli di daerah sana."

"Apa? Maksudnya, Yohan? Sudah ku peringatkan, kalian harus berpasangan," perkataan Adora terdengar frustasi.

"Telpon dia, cepat!" Perintahnya kepada Elen, "Jef, lihat ini," ia menyerahkan selembar kertas kepada Jefri, lalu membuka berkas berisi foto profil korban.

"Unmei no akaito? Lagenda benang merah menurut negara Jepang?" tanyanya dengan berkerut.

"Ya. Semalam aku me-riset tentang wol merah yang ada di tubuh korban," Adora menarik napas panjang sebelum meneruskan penjelasannya, "ada beberapa tentang benang merah, itu diantaranya."

"Lalu?"

"Kalau itu pesan dari si pembunuh, bukankah ada pembunuhan lainnya?"

"Kalau ini berkaitan dengan unmei no akaito, bukankah artinya dia tidak suka melihat seseorang bahagia dalam bentuk hubungan apapun?"

"Iri."

"Dia yang memutus hubungan itu."

"Dan lonceng. aku berfirasat itu berkaitan dengan malam natal," ujar Adora seraya meletakan foto di meja.

"Kalau begitu, akan ada pembunuhan pada tanggal 25 desember, karena semua orang akan berkumpul bersama keluarga serta."

Elen dan Jefri saling tatap.

"Dia akan mulai membunuh korbannya secara random. Juga, jangan sampai bocor ke media tentang wol merah dan lonceng di tubuh korban," Adora memperingatkan timnya.

*****

Yoseph berjalan menyelusuri gang dengan notes ditangannya, ia melihat setiap plat rumah dengan gerbang abu.

"D-42, yap, di sini," gumamnya. ia mengedor gerbang tersebut dengan keras, "permisi, Tuan Henry, Permisi," teriaknya dari luar gerbang.

Dari dalam terdengar langkah kaki berlari kecil dan deritan engsel pintu yang berkarat.

"Siapa kau?" tanyanya sambil mengintip dari pintu gerbang yang dia buka sedikit.

"Eum, aku detektif Yoseph dari unit kriminal," ia menunjukan id card-nya.

"Lalu?" tanyanya dengan acuh.

Lihat selengkapnya