22 desember 2019.
Seorang buruh di temukan terbunuh di antara tumpukan barang bekas, hasil otopsi menunjukan kalau dia mati akibat kehabisan okesigen.
Rahang yang mengeras serta mulut terbuka bukti bahwa sesuatu di masukan paksa kedalam hingga dia sulit bernapas.
Semua menjadi titik buta di lokasi kejadian perkara.
Namun, seorang pria yang terlihat di CCTV mulai mendapat titik terang, seorang pelukis yang berhubungan dengan pembunuh wol merah.
Keadaan yang tidak terpikirkan.
Yoseph yang seharusnya menangkap pelaku, kini terjebak di rumah Henry lau, pelukis yang baru memulai debutnya.
Kasus berganti menjadi penyelamatan penyidik Yoseph di rentan waktu Golden time.
02:35, 23 Desember 2019.
"Tim patroli, ini kapten unit 3 kriminal, apa sudah sampai di lokasi?" Adora berbicara melalui radio.
"Ya, kapten. Tim patroli 1 dengan dua petugas sampai lebih dahulu karena berpatroli di dekat sana."
"Oke, tim patroli 1 bisa jelaskan kondisi di TKP?"
"Ini patroli 1, kami di depan rumah, Tuan Henry, keadaan sangat sepi, kami akan masuk."
"Jangan matikan radio, tetap berhati-hati, utamakan keselamatan, sersan Yoseph," jelas Adora.
"Siap."
Di waktu yang sama, tim patroli 1 mulai masuk ke halaman rumah yang tampak biasa, tidak terjadi apapun. Keduanya saling tatap lalu mengetuk pintu.
TOK ... TOK ....
pintu terbuka sedikit, laki-laki berumur 30-an hanya mengintip dari balik pintu, rambutnya sedikit acak-acakan juga bercak darah di lengan kaos birunya, ia mencoba menutupinya dengan handuk hitam.
"Ya, hormat pak," sapanya sembari memberi hormat.
Kedua polisi itu memerhatikannya dan mencoba melihat ke dalam rumah.
"Kami mencari seekor anjing, apa kau melihatnya masuk?"
"Ah, tidak," jawabnya cepat.
"Tapi, seorang warga melihat anjing masuk, jadi kami harus memeriksa ke dalam," ia mencoba menerobos masuk.
Namun, Henry mendorong polisi tersebut hingga tersungkur.
"Pak, anda menghalangi pekerjaan kami."
"Apa kalian bisa menerobos masuk?" Kali ini dia mengeluarkan suara tinggi dan menuding pisau ke arah dua polisi tersebut.
Brak ...
Gebrakan dari pintu gerbang dan derap langkah berlarian dari tim lainnya, membuat Henry bersamaan dengan dua polisi patroli menoleh ke gerbang.
"Henry lau!" teriak Jefri begitu masuk ke halaman.
"Shit!" makinya, ia menarik satu petugas polisi patroli dan mengeluarkan pisau yang di todongkan ke leher polisi tersebut.
"Ck," Adora berdecak, ia menimang keadaan genting di depannya, tanpa ragu Adora melayangkan tendangan dwichangi tepat mengenai pipi kanan Henry.
Alhasil, Henry tumbang dengan gusi berdarah. Sigap Jefri memborgolnya.
"Henry Lau, kau ditangkap atas tuduhan pembunuhan. Kau bisa menghubungi pengacara atau menggunakan hak mu untuk diam."
Yohan yang mencari Yoseph di dalam lunglai melihat saudara kembarnya terkapar di lantai, darah yang mengalir di pelipisnya terus mengalir.
Yoseph tersenyum, "hei, apa ada ambulan?"
"Yoseph!" Pekik Adora yang melihat keadaan itu, "bawa dia ke rumah sakit, cepat!" Yohan mengendong saudara kembarnya sendiri menuju ambulans.