"Bisakah aku bicara?"
Adora dan William saling melempar wajah, keduanya tidak tahu apa yang akan di bicarakan saudara kembar almarhum, tetapi ia yakin bahwa yoseph menceritakan sesuatu kepada Joseph hingga ia di serang berkali-kali oleh pelaku.
Entah apa itu, Adora dan William mengajak Joseph ke halaman belakang gereja.
"Mari rahasiakan ini," ucap William begitu sampai di halaman belakang gereja.
Adora mengernyit.
Joseph membalikan badan menatap keduanya.
"Hanya kita bertiga, sampai tikus itu masuk ke dalam rencana yang ku buat," kata William dengan percaya diri.
Adora enggan mengangguk, ia juga enggan menanyakan alasannya, "Joseph, apa Yoseph, menceritakan sesuatu?"
"Ya."
Wajah Adora berubah mengeras, ia menarik napas mengatur seluruh perasaan dan pikirannya tentang Yoseph yang menjadi korban brutal si pembunuh.
William hanya duduk pada kursi panjang dan menyulut cerutu dengan tenang, asap yang di hembuskan mengepul serta tercium antara tembakau, mint dan lavender secara bersamaan.
Adora mengernyit, "kau."
William hanya tersenyum pinggir seraya menghembuskan asap cerutu dari mulutnya.
"Kau masih sempat menyesap cerutu?" kesal Adora.
William menyesap cerutu lebih dalam, hingga tersisa sedikit. Ia mematikan lalu menghirup gabus dari ujung cerutu tersebut.
Joseph hanya memerhatikan keduanya.
"Yoseph berbicara tentang wangi parfum, bukan?" tanya William seraya berdiri.
Joseph mengangguk cepat, "dia bilang di rumah Henry lau, ia mencium seperti wangi parfum lavender tapi juga ... wangi mint bercampur tembakau."
Adora menoleh kearah William yang masih memerhatikan ujung cerutu tersebut, "kau, dari mana mendapatkan cerutu tersebut?"
"Aku memesannya secara khusus. Apa kau tahu? cerutu ini istimewa."
Adora mengerutkan kening mencoba mengerti perkataan William.
"Kau sendiri sangat akrab dengan merek cerutu ini, Kapten Adora," William tersenyum smirk kearah Adora yang masih menatapnya, "cerutu yang sama seperti di ruangan jendral serta bau cerutu dari mantol yang tercium di saudara angkat mu."
Adora menginggat kotak cerutu di laci meja kerja jendral di ruangannya, lalu sekotak cerutu yang sama ada di ruangan saudara angkatnya yang tak lain adalah anak dari komisaris.
Seketika Adora menarik napas panjang, ia segera kembali masuk ke dalam gereja. Matanya tertuju kepada komisaris.
Ia yakin kotak cerutu dengan merek yang sama adalah milik Benedicth.
"Aku harus memastikannya," gumam Adora.
William yang melihat Adora pergi dari gereja dengan mobilnya, menyesap cerutu dalam-dalam dan menghembuskan asapnya ke udara.
"Yah, ini sesuai rencana," katanya yang terdengar oleh Joseph.
"Apakah, Kapten, akan baik-baik saja?"
"Tenanglah, dia ... Kapten terhebat di divisi kriminal," jawab William santai, "ayo, temui pelayat," ajaknya.
Joseph mengangguk sembari terus menatap mobil Adora yang melaju kencang.
*____________________*
Kaki Adora melangkah pelan setelah masuk ke dalam pelataran yang cukup besar, entah mengapa ia merasakan kegelisahan begitu membuka smartlock pintu dan masuk ke ruang tengah dengan jajaran guci dan pahatan patung-patung kepala manusia.
Ia menyalakan saklar lampu dan menghela napas panjang.