Stenly berlari kecil keluar dari gedung labotorium forensik, ia menyembunyikan dokumen di balik jaket bomber tebalnya, tangan kanannya menggenggam ponsel dengan erat, ia mempercepat langkah begitu sampai di parkiran.
Begitu ponselnya berdering, ia menarik napas begitu melihat nama si penelpon.
"Ah ... Kau memang tidak sabaran," ucapnya setelah mendengar suara si penelpon, "hasilnya sungguh mengagetkan, Wil."
"Apa?"
"Isk," Stenly membuka pintu mobil dan mendengar detik jam, "Wil, apa itu suara arloji mu?"
"Apa?" William terheran.
"Detik jam, tik, tik, tik," matanya menelusuri setiap sudut dashbor mobil dan kursi kemudi.
"Chief, apa kau menemukan sesuatu?"
"Tidak," jawabnya pelan.
"Menjauh dari mobil mu," William terdengar panik.
"Apa maksudmu?"
"Sekarang!"
DHUAR!
Seketika mobil meledak keras, api mulai merambat ke mobil lainya yang terpakir di sana, beberapa orang yang menyaksikan terkejut dan segera mencoba memadamkan api.
Di sebrang telpon, William yang mendengar ledakan seketika berteriak keras, ia melempar ponsel ke meja dan memukul meja keras-keras dengan tinjunya.
"Aakh, shit! shit!" makinya diantara menyesal dan putus asa yang dirasakannya.
*_____________________*
Suara sirene pemadam kebakaran dan ambulan memenuhi parkir gedung lab forensik, tim forensik tengah menginvestigasi penyebab ledakan mobil tersebut.
William yang terduduk di aspal dengan tangan mengenggam tangan gosong layaknya daging panggang matang, ia sulit menangis tetapi dadanya semakin sesak melihat tubuh yang tertutup kain putih di depannya.
Ia sudah mengira hal ini pasti terjadi, entah kepada dirinya sendiri atau rekan kerjanya. Yang terpenting pelaku hanya ingin menghancurkan bukti yang di bawa Stenly.
Adora berjalan cepat menuju TKP mobil Stenly meledak, langkahnya berhenti melihat William yang terduduk di samping mayat yang di tutupi kain putih.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Adora sembari melepas genggaman tangan William di tangan gosong tersebut.
William menoleh kearah Adora dengan wajah sayu.