Lorong gelap rumah sakit pertanda jam besuk telah usai, di ruang rawat itensif hanya ada beberapa perawat yang bertugas shif malam. Derap langkah halus dari kaki beralas sandal karet khas rumah sakit memasuki lorong kamar pasien, seorang perawat laki-laki mendorong peralatan pemeriksaan untuk pasien berdiri di depan pintu B5 yang di jaga satu polisi divisi kriminal dan satu polisi patroli.
"Sudah waktu pemeriksaan?" tanya polisi divisi kriminal sembari menutup mulutnya yang menguap.
Tidak ada jawaban hanya anggukan, polisi tersebut mempersilahkan.
Pintu terbuka dan ia segera masuk sembari mendorong troli peralatannya, wajah yang ditutupi masker dan sarung tangan latex, ia mengeluarkan jarum suntik.
"Maaf, Kek dan merry chrismast, meskipun telat, selamat tinggal," ucapnya sembari menyuntikan seseuatu kedalam selang infus pasien.
Ia segera keluar dari ruangan tersebut.
Suara dari mesin alat bantu pacu jantung membuat kedua polisi yang tengah duduk berlari bersamaan dengan seorang dokter dan perawat kedalam ruangan tersebut.
"Ada apa?" tanya seorang polisi yang bingung.
"Serangan jantung," jawab perawat yang segera memeriksa alat pacu jantungnya.
"Tidak, seseorang membuatnya seperti serangan jantung."
"Sial!" Kedua polisi tersebut berlari mencari perawat laki-laki yang masuk sebelum kejadian.
*____________________*
William berlari cepat di lorong rumah sakit diikuti Adora, ia berdiri diambang pintu kamar rumah sakit yang di jaga oleh dua polisi.
"Bagaimana keadaannya?"
"Baik, dokter juga segera menanganinya."
William menghela napas lega.
"Pelakunya?"
Polisi tersebut menggeleng.
"Tapi, dia terekam CCTV," polisi lainnya menunjukan salinan video rekaman CCTV rumah sakit dari ponselnya.
Adora yang memerhatikan seksama, laki-laki dengan baju perawat dan masker memasuki ruangan, ia mengekerutkan kening.
"Ini."
Semua menoleh kearah Adora.
"Kau mengenalinya?"
Adora mengangguk.
*____________________________*