Blurb
"Eighty four poin zero FM Lala Radio. The best and funny radio. Mitra Selaras. Di pagi yang cerah dan panas ini, ada baiknya kita sarapan dulu sebelum melakukan aktivitas berat. Bukan hanya mengisi perut, berolahraga juga menjadi penentu kecerdasan dalam berpikir kritis. Selain itu, sarapan bergizi memiliki kontribusi besar dalam total asupan harian sekitar 15%-30% untuk mewujudkan pilar penting yang seimbang. Wait-wait. Kayaknya salah topik deh! Kenapa jadi bahas makanan ya? Hahaha. Oke-oke, itu tadi hanyalah pemanis belaka. Kali ini FM Lala Radio kedatangan seorang aktivis sekaligus korban dari tragedi Mei 1998. Benar begitu, Pak?"
"Iya. Bisa dibilang begitu."
"Oke sobat Lala di mana pun kalian berada. Kalau kita nostalgia puluhan tahun yang lalu. Tepat di hari ini, ternyata kita sedang memperingati 25 tahun silam tragedi Mei 1998. Aduh, harusnya bukan memperingati sih, tapi mengingatkan momentum kelam yang menjadi salah satu peristiwa tak mengenakkan bagi beberapa pihak yang terkena imbas ya, Pak?"
"Iya, betul, Mbak."
"Guys! Topik kali ini cukup berat. Aku sendiri pun lahir di tahun 98, jadi sekaligus kita dengarkan cerita dari narasumber yang sudah hadir jauh-jauh dari Amsterdam. Sebelumnya saya mewakili FM Lala Radio berterima kasih banyak atas kedatangan Bapak sebagai narasumber istimewa Lala Radio."
"Iya, sama-sama, Mbak."
Setelah itu barulah terdengar iringan instrumental khas FM Lala Radio yang mengudara di siaran-siaran stasiun. Disusul oleh commercial break lantas berganti menjadi pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan sang host.
"Oke, silakan Bapak Feri untuk memulai ceritanya."