Not Everything is As It Seems

Erika Angelina
Chapter #5

4

4

 

Keesokan paginya aku berangkat ke kantor pukul 8 pagi. Aku mampir sebentar di Café Amore untuk membeli kopi dan langsung ke kantor. Tadi malam aku tidur dengan mimpi buruk lagi dan terbangun pukul 4 pagi. Mimpiku tadi malam tidak menunjukkan wajah siapa pun, tetapi aku menyadari ada orang di belakangku. Aku duduk dengan tangan diikat longgar tetapi aku tidak dapat melepas tanganku dari ikatannya. Dari sudut mata, aku dapat melihat ada cermin besar tetapi cermin tidak menangkap bayangan orang lain yang keberadaannya dapat aku rasakan. Aku menatap sesaat bayangan di depan cermin, bayanganku, wajah yang aku kenali. Wajah perempuan korban kedua. Aku mencoba berteriak tetapi tidak ada suara yang keluar dari mulutku. Aku bahkan tidak bisa membuka mulutku. Saat itu aku merasakan tali menjerat leherku, membuat aku tidak dapat bernapas. Saat itu lah aku terbangun.

Saat aku sampai di lantai tiga, Gary sudah di kantor dan berbicara dengan beberapa petugas polisi. Kantong matanya terlihat lebih hitam dari kemarin dan juga hari sebelumnya. Pekerjaan ini memang berat, dimana kami harus melihat tubuh manusia yang menjadi korban pembunuhan apalagi pembunuhan sadis seperti yang sedang kita tangani. Bertemu dengan pelaku yang juga sesama manusia tetapi melakukan hal yang tidak dapat kita pahami menggunakan akal dan hati nurani kita. Manusia yang dimakan oleh kekelaman di dalam dirinya sendiri sehingga kekelaman itu mewujud menjadi iblis di dirinya. Beban-beban itu tidak mudah untuk kami yang juga hanya manusia biasa.

“Selamat pagi,” sapaku kepada Gary dan petugas yang ada di meja Divisi 4. Aku segera mendengarkan penjelasan yang diberikan Martin, salah satu polisi senior di Kepolisian Pusat Highland.

“Korban pertama berhasil kami identifikasi setelah memeriksa daftar orang hilang dari kota-kota lain. Kiana Ailee, usia 21 tahun, mahasiswa Universitas Orola jurusan psikologi. Dilaporkan hilang sejak Senin minggu lalu. Informasi yang kami dapat dari Kepolisian Orola, saksi mata terakhir adalah teman kamar Kiana yang mengatakan dia akan pulang ke rumahnya di Highland seperti biasanya. Teman kamarnya mulai curiga saat hari Senin kemarin, Kiana tidak kembali ke kampus dan tidak dapat dihubungi.”

“Apakah keluarganya sudah diberitahu?”

“Belum, hasil ini baru saja kami dapatkan.”

“Oke, saya akan ke rumah keluarganya untuk membawa kabar dan mencari informasi lagi,” ucapku.

Membawa kabar kepada keluarga atau kerabat korban adalah salah satu hal yang paling sulit yang harus kami lakukan. Beban ini dapat secara fisik ikut menyakiti kita juga. Melihat saat perlahan kata-kata kita diterima dan diproses oleh keluarga dan kerabat korban. Saat kesadaran bahwa korban, bagian dari kerabatnya atau keluarganya, tidak akan kembali bersama mereka lagi. Saat mereka mengetahui kerabat atau anggota keluarganya meninggal dengan cara yang sadis. Sakit, kesedihan, marah, putus asa, dan rasa bersalah yang dirasakan oleh keluarga atau kerabat korban begitu kuat hingga ikut menarik kita ke dalam pusaran emosi itu. Kita dapat berempati namun tidak ada dari kita yang akan mengerti rasanya ada di posisi mereka. Kita hanya dapat membayangkan sepersekian saja dari apa yang mereka rasakan.

Gary memutuskan untuk ikut juga denganku ke rumah keluarga Kiana Ailee. Rumahnya berada di sisi utara Highland di kawasan perumahan. Kami berkendara sekitar 25 menit lamanya sebelum akhirnya sampai di satu rumah dengan cat hijau yang kusam dimakan waktu. Keadaan jalanan di hari Minggu pagi lengang. Penduduk Highland umumnya menghabiskan hari libur di dalam rumah, ke pusat kota, atau mendaki pegunungan.

Aku mengulang kalimat yang akan aku sampaikan ke keluarga Kiana Ailee di dalam kepalaku sepanjang perjalanan kesini. Aku memikirkan kalimat yang dapat menjelaskan fakta yang terjadi secara perlahan, tetapi kenyataannya tidak akan ada kalimat yang cukup lembut yang dapat membuat keadaan ini menjadi tidak seburuk yang sebenarnya.

Aku dan Gary turun dari mobil dan kami langsung bisa mendengar suara kegiatan di dalam rumah keluarga Kiana. Aku mengetok pintu dan segera saja seorang perempuan separuh baya membuka pintu. Aku dapat melihat kemiripan Kiana Ailee dengan wajah wanita ini, yang membuat aku yakin perempuan ini adalah ibunya.

“Selamat pagi, apakah benar ini rumah keluarga Kiana Ailee?” aku bertanya.

“Iya, betul. Saya Ibu Kiana. Anda berdua siapa, ya?” dia bertanya dengan wajah bingung.

“Saya Detektif Avabelle dan ini rekan saya Detektif Gary. Kami berdua adalah detektif Kepolisian Pusat Highland. Apakah kami boleh masuk?”

“Oh. Apakah Kiana sudah ditemukan?” wajah Mrs. Ailee terlihat penuh harap. Saat itu, seoarang lelaki berjalan menghampiri dari arah dalam rumah, Mr. Ailee.

“Lebih baik Anda duduk di dalam terlebih dahulu,” ucapku sambil berjalan masuk menggiring pasangan tersebut untuk duduk di ruang tamu mereka. Wajah mereka seketika pucat saat aku meminta mereka untuk duduk. Mrs. Ailee mulai menangis dan tangannya yang gemetaran menggenggam tanganku.

“Dimana anak saya?” Aku bertukar pandang dengan Gary dan menarik napas dalam sebelum berbicara.

Mataku menangkap foto-foto Keluarga Ailee. Foto-foto mereka tersebar di di ruangan ini dan di koridor yang mengarah ke area lebih dalam rumah. Foto-foto Kiana yang sehat, tersenyum, dan tertawa. Tenggorokanku tercekat dan kata-kata yang sudah aku siapkan di perjalanan tadi, semuanya menghilang tanpa jejak.

“Saya minta maaf, kami datang membawa kabar ini. Anak Anda, Kiana Ailee, ditemukan tidak bernyawa kemarin malam,” Gary menyadari kondisiku dan mengambil alih tugas berat ini.

 Mr. dan Mrs. Ailee membeku beberapa detik sebelum tangis mereka pecah. Sesaat kemudian beberapa anak kecil berjalan keluar dari arah dalam rumah, mungkin adik Kiana, yang sebanyak tiga orang. Aku berdiri dalam diam. Saat-saat seperti ini adalah saat terberat. Kami harus membawa kabar ini dan memberikan waktu keluarga berduka serta memproses informasi ini, namun di satu sisi kami membutuhkan informasi yang bisa didapat dari keluarga korban sesegera mungkin karena setiap menit yang berlalu, pelaku dapat bergerak untuk menghapus jejaknya atau mencari korban lagi.

Lihat selengkapnya