Not Everything is As It Seems

Erika Angelina
Chapter #10

9

9

 

Kami tiba di pusat Kota Orola pada waktu makan siang setelah berkendara sekitar dua jam. Kali ini aku yang berkendara dengan mobil Chevrolet Tahoe milik kantor. Kami melewati makan siang dan langsung menuju rumah dari Ayah Charles. Kami terlalu gelisah untuk makan, kami membutuhkan jawaban secepatnya.

Charles mengetuk pintu dari sebuah rumah dengan cat berwarna biru dan taman yang rapi. Seorang laki-laki berjalan keluar dan tersenyum saat melihat Charles.

“Charles! Sebuah kejutan, ada apa, nak?” laki-laki itu memeluk Charles. Kemudian dia menatap aku dan Gary dengan senyuman namun mata yang bingung.

“Ayah, ini Detektif Avabelle dan Detektif Gary. Aku datang tiba-tiba karena ada hal yang aku butuh ketahui yang berhubungan dengan kasus yang kedua detektif ini tangani,” kata Charles. Kami segera dipersilahkan masuk dan duduk di ruang tamu.

“Apakah kalian ingin minum? Teh atau kopi mungkin?” tanya ayah Charles ramah.

“Tidak perlu repot-repot, Mr…?” aku menjawab sekaligus bertanya.

“Mr. Forrest,” jawab Ayah Charles, Mr. Forrest. Betul, Forrest. Aku lupa tadi Charles sudah menyebutkan nama belakangnya.

“Jadi, apa yang ingin kamu tanyakan, nak?” tanya Mr. Forrest kepada Charles.

“Apakah saudara kembarku sungguh-sungguh sudah meninggal?” Charles bertanya. Mr. Forrest terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba itu.

“Aku sudah menjawab pertanyaan itu puluhan kali bukan, nak?” Mr. Forrest menjawab Charles.

“Kalau begitu, bagaimana dengan foto ini?” Charles menunjukkan foto rekaman CCTV. “Ini bukan aku. Ini adalah rekaman CCTV yang menangkap pelaku pembunuhan tadi malam.”

Mr. Forrest terlihat terkejut dan mengambil gambar itu. Tangannya gemetaran dan bibirnya terbuka.

“Tidak mungkin,” bisik Mr. Forrest pelan.

“Mr. Forrest, apakah Anda memiliki informasi lebih lengkap mengenai saudara kembar Charles? Kami butuh setiap detail yang Anda punya. Kami butuh bantuan Anda,” Gary menjelaskan.

“Ini… dimana?”

“Ini rekaman dari salah satu flat di Highland yang menjadi lokasi TKP dari kasus pembunuhan ketiga dengan pelaku yang sama,” jawabku.

“Dia bersumpah bahwa anak itu telah meninggal,” ucap Mr. Forrest kepada dirinya sendiri.

“Siapa?” tanya Charles.

“Ibumu. Ibumu bersumpah mengatakan Charlie sudah meninggal,” Mr. Forrest menatap Charles. Hening sesaat sebelum Mr. Forrest mulai bercerita.

“Aku dan Ibumu berpisah karena kami memiliki perbedaan pendapat yang berhubungan denganmu dan Charlie. Sejak kalian kecil, aku tahu ada yang tidak beres dari Charlie. Kamu sering menangis tiba-tiba saat kami tinggal dengan Charlie. Usia kalian kira-kira 2 tahun kurang. Awalnya kami pikir kamu membutuhkan perhatian lebih, hingga suatu hari aku melihat Charlie memukul dan mendorong kamu dan tersenyum saat kamu mulai menangis. Aku memberitahu Ibumu dan mengatakan ada yang salah dengan Charlie. Tetapi ibumu marah dan mengatakan kamu lah yang cengeng, terus-terusan menangis dan meminta perhatian. Kejadian itu terjadi berulang kali meskipun aku sudah berusaha mengawasi kalian dengan lebih hati-hati. Hingga satu hari kamu terjatuh dari kasur dan Charlie memerhatikan dari pinggir kasur. Aku memutuskan untuk membawa Charlie ke psikolog anak. Tetapi hal tersebut belum sempat aku lakukan dan Ibumu sudah marah besar dan mengatakan kamu lah yang membutuhkan psikolog anak karena terus-terusan meminta perhatian dengan melukai diri sendiri. Keesokan harinya Ibumu pergi dari rumah dan membawah Charlie dengannya. Dia tidak pernah kembali lagi. Hingga 6 tahun kemudian seorang saudara dari Kota Sheeft menghubungi aku dan mengatakan Ibumu ada di kota itu. Aku langsung pergi kesana untuk menemuinya. Saat aku temui, dia bersumpah Charlie sudah meninggal karena tabrak lari. Aku meminta dia untuk ikut pulang dan kita bisa menjadi satu keluarga lagi, tapi dia menolak dan dia justru mengajukan gugatan perceraian dan akhirnya kami resmi bercerai.” Charles memandang Mr. Forrest dengan tidak percaya. Aku dan Gary hanya duduk dalam diam dan membuat catatan di buku masing-masing. Pengalaman Mr. Forrest seperti cerita dari film-film dan buku-buku drama.

“Apa… apa yang dilakukan orang ini?” Mr. Forrest bertanya dan menunjuk foto rekaman CCTV tersebut.

“Dia adalah tersangka utama dari kasus tiga pembunuhan yang kami tangani,” jawab Gary. Mr. Forrest menopang kepala dengan tangannya.

“Jadi dia sungguh masih hidup?” tanya Mr. Forrest. Aku mengangguk dan menyerahkan data diri Charlie Grant dan fotonya dari Rumah Sakit Locansania.

“Dia merupakan salah satu pasien di Rumah Sakit Locansania. Tertulis dia memiliki sifat-sifat yang memenuhi pribadi yang psychopaty dan bipolar. Dia ditahan dan menjadi pasien disana karena kekerasan yang dia lakukan kepada rekan-rekan kerjanya hingga hampir membunuh mereka,” aku menjelaskan singkat.

“Ini salahku. Seharusnya aku membawa dia untuk ditangani dan disembuhkan waktu itu,” Mr. Forrest mulai menangis.

“Apakah Anda tidak pernah melihat dia, bertemu dia, atau mendegar kabar apa pun lagi, Mr. Forrest?” tanya Gary.

Mr. Forrest hanya menjawab dengan gelengan kepala. Charles menepuk bahu Ayahnya dan menatap kosong. Charles terlihat sangat terkejut dengan informasi baru ini.

“Bagaimana dengan nama Charlie Grant itu Mr. Forrest? Kenapa Grant dan bukan Forrest?”

“Grant itu nama muda Ibunya, Marie Anna Grant. Setelah berpisah dia mengganti namanya kembali.” Benang-benang mulai terhubung dan identitas pelaku kami mulai lebih jelas. Kami merasa pelaku sangat dekat untuk kami genggam tetapi juga jauh di saat bersamaan. Kami tidak mengetahui keberadaannya saat ini dan cara kami dapat membedakan dia dengan Charles yang ada di samping kami.

***

Lihat selengkapnya