14
Pagi ini aku memutuskan untuk lari pagi. Waktu masih menunjukkan pukul 5.30 pagi saat aku keluar dari flat dan hari masih gelap. Belakangan ini aku semakin sering berolahraga untuk melepas stress yang meningkat drastis. Hari ini telah tiga minggu dari sejak kasus Charlie Grant muncul. Telah dua minggu kasus ini mengalami buntu. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Charlie Grant, juga keberadaan Alison Starker. Tidak ada telepon dari saksi yang melihat mereka berdua. Patroli tidak mendapatkan visual dari kedua orang itu juga.
Patroli tetap dilakukan walaupun tingkat kewaspadaan dan fokus Kepolisian Pusat Highland mulai bergeser ke kasus lain karena kasus lain tidak akan menunggu kasus ini untuk diselesaikan terlebih dahulu baru bermunculan. Dugaan kami, beberapa waktu ini Charlie Grant berada di suatu tempat dan berusaha untuk tidak menarik terlalu banyak perhatian dari sekitarnya. Saat ini Hellen dan Marcus juga sedang memiliki kasus lain. Mereka berdua sedang menangani kasus penculikan seorang anak berusia lima tahun.
Tetesan gerimis hujan menyadarkan aku dari lamunanku. Aku mengangkat kepala menatap langit yang gelap. Aku segera berlari menuju flatku lagi, sebelum hujan turun menjadi lebih deras dan membuatku basah kuyup. Aku hanya berhasil menyelamatkan diriku dari hujan deras sampai 2 blok dari flatku. Tiba-tiba hujan turun sangat deras dan aku berakhir dengan basah kuyup saat tiba di flat. Air menetes dari pakaianku dan membasahi lantai flat dari pintu hingga tangga menuju lantai tiga. Aku berpapasan dengan Charles di tangga menuju lantai dua.
“Pagi, Charles,” sapaku.
Charles yang sedang menunduk mengangkat kepalanya. Dia terdiam sesaat sebelum menjawabku dengan sapaan ‘halo’ singkat. Ada apa dengan dia? Mungkin suasana hatinya sedang kurang bagus.
Aku segera melepas pakaianku dan mandi sesampainya aku di unit flatku. Air hangat membuatku merasa tenang. Aku berlama-lama berdiri di bawah pancuran pagi ini menikmati kehangatan yang melingkupiku. Hujan masih turun dengan deras saat aku selesai mandi. Aku mengusap rambutku dengan handuk dan menatap ke jalan di luar. Hari Minggu pagi jalanan terlihat lengang, ditambah hujan yang begitu deras turun membasahi Highland pagi ini. Bunyi handphone menyadarkan aku dari lamunanku. Aku mengangkat handphone dan melihat nama Gary tertera. Dia mengirimiku pesan singkat.
‘Aku akan jemput jam 11, ya?’
Hari Minggu ini, aku akan keluar dengan Gary. Menikmati hari libur seperti pasangan normal lainnya dengan nonton, makan siang, jalan-jalan, dan mungkin sampai makan malam juga. Aku mengetik pesan balasan.
‘Oke, sampai jumpa.’
Saat ini waktu masih menunjukkan pukul 8 pagi, aku masih punya cukup waktu untuk bersantai dan sarapan. Aku memutuskan untuk memasak pagi ini. Aku suka memasak tetapi aku jarang mendapatkan kesempatannya karena waktuku berada di kantor melebihi waktu yang aku habiskan di unit flatku.
Aku memasang musik di speaker. Aku memasang playlist musik koleksiku dan mulai membuka kulkas, mencari makanan apa yang dapat aku masak. Aku memutuskan untuk membuat pancake dengan topping buah-buahan. Hari libur normalku, saat pekerjaanku tidak sedang mendesak, biasa aku habiskan seperti ini. Memasak dan musik adalah dua hal yang memberikan aku ketenangan. Aku makan dengan duduk di sofa dan menonton seri Friends yang sudah aku tonton ulang untuk kesekian kalinya.
Kamar Darcy saat ini sudah kosong. Seluruh barang-barangnya sudah dibereskan dan diambil oleh tunangannya, Andrew Lam. Aku sempat membantunya juga untuk membereskan barang-barang Darcy. Andrew Lam masih begitu emosional dan beberapa kali masih menangis saat kami membersihkan barang-barang Darcy. Mr. Morgan juga menyewa tukang untuk mengecat ulang, mengganti keramik lantai, dan menggantik beberapa perabotan lain yang rusak karena insiden itu. Saat ini ruang itu masih kosong dan belum menemukan penghuni barunya.
Beberapa saat lalu aku juga sempat mengunjungi Keluarga Ailee lagi. Mereka tidak marah, kecuali adik terbesar dari Kiana Ailee, saat mereka tahu pelakunya masih di luar sana, bebas dan menghirup udara yang sama dengan kami semua. Tetapi aku dapat merasakan kekecewaan yang terpancar dari mereka semua kepada Kepolisian Highland. Kepada aku. Adik terbesar dari Kiana Ailee, Joana Ailee, menatap aku dalam diam dengan wajah penuh amarah. Aku tidak menyalahkan dia. Aku tidak menyalahkan mereka semua. Aku pun marah dengan kemampuanku yang belum juga berhasil memasukkan Charlie Grant ke dalam sel.
Meskipun Keluarga Ailee kecewa dengan kinerja kami – kinerjaku – tetapi mereka masih sangat ramah dan baik terhadapku. Bahkan mereka masih menawarkan aku untuk makan siang bersama mereka. Kebaikan dari mereka justru membuat aku semakin merasa bersalah. Kebaikan mereka membuat aku merasa malu. Aku lebih memilih mendapatkan amarah daripada kebaikan, karena mereka memang layak untuk marah kepada aku. Keluarga Ailee keluarga yang begitu baik. Hal tersebut menambah amarahku kepada Charlie Grant. Hal tersebut membuatku bertanya-tanya kenapa hal yang begitu buruk terjadi kepada orang terbaik?
Aku menikmati pancake berlama-lama. Aku menyelesaikan makanku tepat setelah dua puluh menit, tepat setelah satu episode Friends selesai. Setelah makan aku memutuskan untuk membuat kopi dan melanjutkan nonton lagi karena aku masih memiliki banyak waktu sampai bertemu Gary. Aku sangat rindu waktu seperti ini. Meskipun pikiranku tetap tidak tenang, kemewahan yang jarang aku dapatkan, tetapi waktu ini sangat bisa aku nikmati.
Aku menghabiskan waktu dengan menonton beberapa episode Friends dan bersih-bersih flatku sebelum bersiap untuk pergi. Hujan telah berhenti sekitar pukul 10 pagi dan matahari mulai menunjukkan dirinya di langit Highland. Jalanan mulai ramai dengan orang berlalu-lalang. Aku turun dan berdiri di depan flat, menunggu Gary, sekitar sepuluh menit sebelum pukul 11 siang. Aku menggunakan celana jeans hitam, sweater rajut berwarna putih dan sepatu sneakers putih. Gary tiba di depan flatku hampir bersamaan dengan waktu aku keluar dari flat.
“Halo,” sapaku saat memasuki mobil Volvo biru gelap Gary.
“Halo, bagaimana pagimu?” Gary menyapa balik.
“Baik. Aku menghabiskan pagi dengan memasak, menonton, dan bersih-bersih. Bagaimana denganmu?” tanyaku. Kami mulai melaju di jalan.
“Pagiku juga baik, aku memanfaatkan waktu istirahat lebih lama pagi ini,” jawabnya.
“Apa yang ingin kita tonton hari ini?” tanyaku. Aku mulai membuka handphone dan melihat film yang sedang bermain di Estrell Court Mall hari ini.
“Ada film apa saja?”
“Hm… untuk genrenya ada film romantis, komedi laga, dan laga,” jawabku.
“Aku… komedi laga atau laga boleh,” jawab Gary.
“Oke, komedi laga saja ya. Aku dengar film ini bagus,” aku bertanya untuk mengkonfirmasi pilihan kami. Gary menjawab dengan mengangguk.
Kami sedikit terlambat saat tiba di Estrell Court Mall. Kami tidak memperhitungkan ramainya jalan dan ramainya Estrell Court Mall sehingga kami harus mengalami antrian saat mencari tempat parkir. Kami langsung menuju ke bioskop saat kami akhirnya berhasil mendapat tempat parkir.
Film komedi yang kami tonton menceritakan sepasang polisi yang melakukan penyamaran menjadi mahasiswa untuk menemukan bandar narkoba besar. Film seperti ini dapat menghasilkan reaksi lebih besar, dari kami yang memahami pekerjaan polisi, karena kami dapat melihat betapa konyolnya kejadian yang terjadi di film itu. Saat menonton film, untuk pertama kalinya aku mendengar tawa lepas dari Gary. Dia tertawa keras berkali-kali sepanjang film. Aku sangat menikmati menonton film, terutama film yang membuatku tertawa, karena aku dapat menjauh sesaat dari realita kehidupan. Film selesai sekitar pukul 2.30 sore dan kami segera mencari makan.
“Bagaimana kalau kita makan di tempat lain?” Gary bertanya.
“Aku tidak masalah. Mau makan dimana kamu memangnya?” tanyaku.
“You’ll see,” jawab Gary dengan nada menggoda.
Kami segera berkendara lagi dan tidak lama kemudian kami berhenti dan parkir di depan Biza.
“Sebagai ganti waktu makan yang gagal tiga minggu lalu,” Gary menatapku dengan senyum saat mobil telah berhenti. Aku tertawa dan mulai turun dari mobil. Biza hari ini ramai dengan pengunjung walau sekarang sudah lewat dari jam makan siang. Kami duduk di meja dengan dua kursi di sebelah jendela besar. Kami melihat menu makanan dalam diam untuk beberapa saat.
“Apakah kamu mau berbagi makanan pembuka?” Gary tiba-tiba bertanya.
“Tentu, apa yang menarik untukmu?”
“Tri-es?” tanyanya. Tri-es adalah bentuk permainan kata-kata dari three dan fries, maksudnya tiga jenis kentang goreng kreasi Biza.
“Kamu pembaca pikiran ya?” tanyaku dengan tertawa. Kami berakhir dengan memesan tri-es, pasta, steak, dan red wine.
“Bagaimana pendapatmu dengan film tadi?” aku mulai membuka pembicaraan saat seorang pramusaji telah mengambil pesanan kami dan melangkah pergi.
“Film yang lucu dan ceritanya juga baik, cukup mengejutkan ketepatannya dengan pekerjaan menyamar sebagai polisi,” jawab Gary.
“Aku bisa lihat itu. Sepertinya 4 tahun bekerja denganmu aku belum pernah melihatmu teretawa selepas itu,” jawabku dengan tertawa.